Logo Bloomberg Technoz

Bahlil Dorong Smelter Nikel RKEF Pakai EBT, Minimal Gas

Dovana Hasiana
25 September 2024 16:20

Smelter nikel PT Vale Indonesia Tbk di Sorowako, Sulawesi Selatan./Bloomberg-Dimas Ardian
Smelter nikel PT Vale Indonesia Tbk di Sorowako, Sulawesi Selatan./Bloomberg-Dimas Ardian

Bloomberg Technoz, Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mendorong agar pabrik pemurnian atau smelter bijih nikel berbasis rotary kiln-electric furnace (RKEF), yang salah satunya menghasilkan nickel pig iron (NPI), untuk beralih menggunakan energi baru dan terbarukan (EBT) atau gas.

Selain NPI, smelter RKEF juga menghasilkan feronikel sebagai bahan baku komoditas besi dan baja nirkarat (stainless steel). Smelter nikel RKEF membutuhkan bijih nikel kadar tinggi (saprolite) sebagai bahan bakunya.  

Smelter yang berorientasi pada turunannya cuma sampai NPI dalam rangka proses untuk menuju kita mulai selektif, syaratnya sekarang salah satu dari antaranya adalah sudah harus memakai EBT, minimal gas,” ujar Bahlil dalam agenda Green Initiative Conference 2024, Rabu (25/9/2024).

Bahlil menggarisbawahi konsekuensi investasi terhadap pembangkit EBT atau gas adalah belanja modal atau capital expenditure (capex) yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan energi berbasis fosil seperti batu bara. 

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia usai serah terima jabatan di Kementerian ESDM, Senin (19/8/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Namun, hal tersebut bisa dikompensasi dengan harga produk NPI yang nantinya bakal lebih tinggi dibandingkan dengan yang diproduksi menggunakan energi berbasis fosil seperti batu bara.