Logo Bloomberg Technoz

Diskon Pungutan Ekspor Tak Cukup Naikkan Daya Saing CPO RI

Pramesti Regita Cindy
25 September 2024 14:50

Palm fruits in Johor, Malaysia./Bloomberg-Aparna Nori
Palm fruits in Johor, Malaysia./Bloomberg-Aparna Nori

Bloomberg Technoz, Jakarta – Ekonom sekaligus pakar kebijakan publik dari Universitas Pembangunan Negeri Veteran Jakarta (UPNVJ) Achmad Nur Hidayat menekankan Indonesia harus mengambil langkah lebih jauh dengan fokus pada peningkatan kualitas dan keberlanjutan industri kelapa sawit agar daya saing crude palm oil (CPO) dapat dipertahankan dalam jangka panjang.

Menurutnya, kebijakan pemerintah melalui Kementerian Keuangan dalam mengurangi pungutan ekspor CPO saja tidak cukup ampuh mengerek daya saing komoditas andalan ekspor nonmigas tersebut dalam jangka panjang.

"Perlu dicatat bahwa daya saing CPO Indonesia di pasar global tidak hanya ditentukan oleh faktor harga. Ada banyak variabel lain yang turut memengaruhi, seperti kualitas produk, tarif impor di negara tujuan, serta kondisi pasar global secara keseluruhan," kata Achmad kepada Bloomberg Technoz, dikutip Rabu (25/9/2024).

Nilai ekspor CPO Indonesia, salah satu komoditas penyumbang dolar AS terbanyak (Dok. Bloomberg)

Lebih lanjut, Achmad mengingatkan daya saing CPO di pasar global tidak hanya bergantung pada harga. Bahkan, beberapa negara tujuan utama ekspor, seperti India, telah meningkatkan tarif impor minyak sawit, yang dapat mengurangi dampak positif dari kebijakan penurunan pungutan ekspor di Indonesia tersebut.

"Selain itu, Malaysia, sebagai pesaing utama Indonesia di pasar CPO, juga dikenal memiliki standar keberlanjutan yang lebih baik dalam produksi minyak sawit," jelasnya.