Logo Bloomberg Technoz

Sektor keuangan, termasuk saham big banks menjadi pemberat utama laju IHSG. Saham BBRI anjlok 4,98%. Kemudian, saham BMRI juga anjlok 4,04%. Saham BBNI dan BRIS masing-masing juga anjlok 3,88% dan 2,25%.

Berdasarkan data Bloomberg, BBRI menjadi saham pemberat atau laggard laju IHSG saat ini dengan menekan sebanyak 39,67 poin, diikuti posisi kedua oleh BMRI dengan tekanan 24,49 poin. Sementara, BBNI menekan 8,91 poin.

Jeffrosenberg Chenlim, kepala riset di PT Maybank Sekuritas Indonesia, pergerakan empat saham bank besar yang turut memperburuk IHSG juga karena adanya ekspektasi melemahnya penyalruan kredit.

"Pertumbuhan pinjaman korporasi yang cepat, yang telah kita lihat tahun ini mungkin melambat menjelang akhir tahun 2024 dan hingga tahun 2025 karena itu akan menghabiskan likuiditas di sektor perbankan," jelas Jeffrosenberg.

"Rasio pinjaman terhadap simpanan sektor perbankan akan meningkat dan itu akan membatasi kemampuan bank untuk memperpanjang kredit."

Penurunan tersebut juga terjadi bersamaan dengan pengumuman oleh Gubernur bank sentral China atau People's Bank of China (PBOC), Pan Gongsheng, yang memberikan paket stimulus untuk mendorong perekonomiannya yang sedang lesu, termasuk dukungan likuiditas sebesar setidaknya 500 miliar yuan (sekitar Rp1.078 triliun) untuk sektor saham.

Meski demikian, fenomena ini dinilai tidak akan bertahan lama. Lionel mengatakan, IHSG masih akan mampu bergerak ke level 8.000, yang dipicu oleh momentum penurunan kembali suku bungan The Fed hingga 0,5% pada November dan Desember.

"Masih banyak momentum untuk ke 8000, karena Fed diperkirakan masih memangkas suku bunga acuannya lagi di November dan Desember," kata dia. "Bank Indonesia mungkin akan ikut, dan market sedang spekulasi BI cut Oktober."

(ibn/dhf)

No more pages