Pendapatan layanan Apple pada kuartal berikutnya, lanjut Martin, mencapai akan US$108 miliar (sekitar Rp1.641 triliun). Ini setara seperempat dari keseluruhan pendapatan.
Apa yang dikontribusikan oleh segmen layanan, termasuk Apple Music, App Store, Apple TV+, asuransi, serta lainnya. 100% tergantung pada jumlah kepemilikan iPhone, jelas dia dilansir dari MarketWatch, Rabu (25/9/2024).
Segmen produk lain-main diharapkan mampu meraih US$97 miliar (sekitar Rp1.474 triliun) pendapatan pada tahun terbaru, namun kesuksesannya kembali tergantung bagaimana hasil dari penjualan iPhone.
Menurut dia bahwa skala probabilitas 50-80% pengguna akan “berpindah” dari kategori produk lain ini jika mereka telah menggunakan iPhone.
Dengan demikian Laura Martin menyatakan bahwa sejatinya iPhone saat ini berkontribusi 89–96% dari total pendapatan Apple. Akan tetapi “kami khawatir jika [Apple] menjadi perusahaan perangkat hardware, di era disrupsi perangkat software.
Martin memperkirakan dengan Vision Pro membuat Apple lebih nyaman meskipun itu tidak relevan. Pasalnya pesaing, termasuk Meta Platform dan Alphabet Google justru semakin memperkuat basis layanan software.
"Teori portofolio mengatakan bahwa diversifikasi menurunkan risiko," hingga kemudian dirinya bertanya apakah Wall Street mendiskon saham Apple cukup besar karena memperhitungkan ketergantungan akutnya pada perangkat iPhone.
Lebih jauh prospek saham Apple dia nilai masih akan bullish, dengan target harga beli US$260. Pada penutupan perdagangan terakhir, Apple ditutup US$227,37 (naik 0,4%).
"Investor membutuhkan saham likuid untuk dipegang selama tahun 2024," dengan Amazon Inc, Meta, Microfot, Alphabet, telah investasi besar dalam infrastruktur AI generatif dan LLM namun :tidak ada keniakan [pendapatan] yang tampak."
(wep)