Logo Bloomberg Technoz

Studi tersebut mengidentifikasi masa tren bullish dengan menggunakan indeks kekuatan relatif atau indikator Relative Strength Index (RSI), sebuah pengukur momentum, di mana RSI tersebut harus di atas 50 untuk menunjukkan indikator bullish.

Sebagai gambaran tren naik, sepanjang 2023 Bitcoin telah rebound dengan kenaikan mencapai 74% dari titik kerugian pada tahun lalu, didukung oleh ekspektasi dan harapan pelonggaran kebijakan moneter yang akan terjadi.

Tetapi, taruhan pada pemotongan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) mulai mendingin karena inflasi yang persisten, yang melemahkan sentimen kebangkitan Bitcoin dan aset digital lainnya.

Pada perdagangan pagi ini, atau 10:42 waktu Singapura, Bitcoin tercatat melemah sekitar 1% menuju US$ 28.860. Ether juga tercatat koreksi sekitar 2%, dan kini harga Ether berada di bawah US$ 2.000. Koin-koin kecil seperti Avalanche dan token meme Dogecoin mencatatkan kinerja yang bervariasi.

Aset digital terbesar tersebut turun 3,9% secara harian pada Rabu, penurunan terjadi yang mungkin disebabkan oleh "peningkatan leverage yang dapat memicu likuidasi," tulis Noelle Acheson, seorang penulis kabar harian "Crypto Is Macro Now".

Bitcoin Uji Support US$30.000 (Dok Bloomberg)

"Ini menunjukkan bahwa penurunan tersebut tidak akan berlangsung lama, karena adanya berbagai sentimen dan dukungan terbaru, bersamaan dengan posisi derivatif yang mengarah pada kecenderungan untuk masuk ke fase akumulasi," tambah Acheson.

Analisis lainnya sedikit lebih berhati-hati mengingat prospek kebijakan moneter yang menantang, dan sentimen lainnya seperti regulasi aset kripto di AS.

"Pengurangan harapan pemotongan suku bunga acuan The Fed hingga akhir tahun menghapus satu pilar sentimen terbaru bagi Bitcoin," tulis Tony Sycamore, Market Analyst di IG Australia Pty, dalam sebuah catatan.

"Kami terus mencari uji support pada level US$ 27.500 dalam sesi mendatang." pungkas Sycamore.

(bbn)

No more pages