Lelang sukuk negara hari ini membukukan incoming bids sebesar Rp32,33 triliun, naik 52% dibanding lelang sebelumnya.
Animo yang meningkat itu berlangsung di tengah sentimen pasar yang semakin positif menyusul pernyataan banyak pejabat The Fed, bank sentral AS, yang memastikan akan ada lebih banyak lagi pemangkasan bunga acuan ke depan.
Pada saat yang sama, keputusan bank sentral China mengeluarkan program stimulus baru demi menolong perekonomian negeri itu agar bisa dibangkitkan lagi, menggembirakan pasar yang selama ini diliputi kecemasan akan kondisi Tiongkok.
Dalam lelang, seri sukuk negara PBS032 menjadi favorit para investor dengan nilai permintaan mencapai Rp9,87 triliun. Disusul oleh seri PBS030 dengan incoming bids sebesar Rp6,80 triliun.
Outlook bunga acuan yang kian landai turut menurunkan tingkat imbal hasil yang diminta oleh para investor dalam lelang hari ini. Untuk seri terlaris PBS032, yield diminta berkisar 6,22%-6,39%, jauh menurun dibanding yield lelang sebelumnya di kisaran 6,50%-6,67%.
Pemerintah akhirnya memenangkan seri itu di yield 6,24%, turun jauh dibanding sebelumnya yang masih di kisaran 6,56%.
Seri yang lain juga memperlihatkan pola serupa. PBS030 yang jadi favorit kedua, mencatat yield diminta rata-rata di 6,29%-6,55% dan dimenangkan di 6,33% dibandingkan 6,58% sebelumnya.
Tingkat yield diminta yang turun cukup dalam tersebut kemungkinan mencerminkan ekspektasi penurunan BI rate lebih lanjut di sisa tahun ini, seiring dengan menguatnya ekspektasi penurunan Fed fund rate.
Pengelola dana global Nomura, memprediksi BI rate akan dipangkas lagi pada Oktober sebesar 25 bps dan sebanyak 75 bps pada semester 1-205 nanti, membawa level bunga acuan ke posisi 5%.
Ahli Strategi Nomura Nathan Sribalasundaram, melansir Bloomberg, menilai selisih 100 bps antara BI rate dengan yield surat utang tenor 5 tahun merupakan level yang cukup baik. Dengan asumsi BI rate akan di 5%, ada potensi yield INDOGB-5Y bisa makin rendah di bawah 6%.
Investor global saat ini dinilai masih 'underweight' terhadap SBN rupiah. Penurunan BI rate dan The Fed kemungkinan akan memicu rotasi balik modal global ke Indonesia.
(rui)