Bloomberg Technoz, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa pemanfaatan biodiesel dalam sebesar 54,52 juta kiloliter (kl) sampai dengan 2023. Hal ini berhasil menurunkan impor solar dan menghemat devisa sebesar Rp404,32 triliun.
“Biodiesel ini memanfaatkan 54,52 juta kl dan mengurangi impor solar. Devisa yang diselamatkan adalah Rp404,32 triliun,” ujar Airlangga dalam agenda Green Initiative Conference 2024, di Jakarta, Selasa (24/9/2024).
Sekadar catatan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan realisasi impor bahan bakar minyak (BBM) adalah 26,66 juta kl pada 2023.
Airlangga mengatakan, selama 2018–2024, volume biodiesel yang tersalurkan adalah sebesar 63,04 juta kl.
Dalam paparannya, Airlangga menjelaskan bahwa program biodiesel membantu memenuhi komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) 358 juta ton CO2 equivalent dari sektor energi atau sebesar 12,5% dari skenario business as usual (BAU) pada 2030.
“Hal ini mendukung Indonesia menuju Net Zero Emission [NZE] pada 2060 atau lebih cepat,” ujarnya.
Mantan Menteri ESDM Arifin Tasrif memastikan pemerintah telah siap untuk mengimplementasikan program biodiesel B40 atau bauran solar dengan 40% bahan bakar nabati (BBN) berbasis minyak sawit pada 2025.
Menurut dia, lembaganya telah siap mulai dari sisi teknis, pasokan hingga pendanaan –untuk menerapkan peningkatan bauran dari 35% menjadi 40%.
“Iya [tahun depan]. Mudah-mudahan awal tahun. Ini kita udah siap, uji coba udah siap, teknis siap, pasokan juga siap, pendanaan siap, tinggal di-launching aja,” ujar Arifin saat ditemui di kantornya, Jumat (12/7/2024).
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengatakan, telah melakukan komunikasi dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan mengatakan pasokan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) nasional masih surplus sekitar 4 juta ton ketika program B40 diterapkan, walaupun tanpa pembukaan lahan baru.
Selain itu, Eniya mengatakan bahwa uji coba B40 telah dilakukan untuk sektor otomotif. Namun, uji cobanya masih berjalan untuk sektor non-otomotif, seperti kapal, alat pertanian, tambang dan kereta.
“Kalau otomotif ujinya sudah, tetapi yang non-otomotif itu masih ongoing ujinya. Non-otomotif itu seperti kapal, alat pertanian, tambang dan kereta itu masih diuji sampai Desember,” ujar Eniya.
“Kalau mau [B40] diterapkan otomotif dulu ya bisa, tetapi ini perlu dikonfirmasi dulu masalah insentif, masalah suplai, ini harus dibahas lagi.”
(wep)