Logo Bloomberg Technoz

Dorsey kembali ke Twitter pada tahun 2015 pasca  pemecatannya pada tahun 2008. Masa jabatan kedua Dorsey sebagai CEO tak berjalan mulus. Bisnis Twitter menjadi menguntungkan sekaligus menuai kecaman dari para politisi dan investor aktivis.

Pengunduran dirinya pada tahun 2021 memberikan ruang bagi Parag Agrawal untuk dipromosikan dari Chief Technology Officer (CTO) menjadi CEO. Agrawal dipaksa keluar pada tahun berikutnya setelah Elon Musk mengambil alih perusahaan.

Howard Schultz, Starbucks

Menjabat CEO pertama : 1987-2000

Menjadi CEO kedua :  2008-2017

Menjadi CEO ketiga : 2022-2023

Schultz telah keluar masuk kursi CEO di Starbucks sebanyak tiga kali selama lima dekade. Baru-baru ini Schultz  keluar dari masa pensiunnya untuk menjabat sebagai CEO sementara pada tahun 2022, menghabiskan satu tahun dalam perannya sebelum menyerahkan peran tersebut kepada Laxman Narasimhan.

Namun Narasimhan dipecat pada bulan Agustus setelah hanya 16 bulan bekerja menyusul dua kuartal perlambatan penjualan. Pada bulan Agustus, jaringan kedai kopi ini mempekerjakan Brian Niccol dari Chipotle Mexican Grill Inc. untuk menyuntikkan energi baru ke dalam merek tersebut.

Bob Iger, Walt Disney

Menjabat CEO pertama : 2005-2020

Menjadi CEO kedua : 2022-sekarang

CEO lama Walt Disney Co Bob Iger mengambil alih kendali perusahaan dari Bob Chapek (penggantinya yang dipilihnya sendiri, pada tahun 2022 setelah kurang dari tiga tahun).  Musim panas ini, perusahaan memperpanjang kontrak dua tahun Iger hingga 2026. Perencanaan suksesi masih berlangsung.

Meskipun Iger berhasil menangkal kader investor aktivis dan menyelesaikan perselisihan politik dengan Gubernur Florida Ron DeSantis pada musim semi ini, hasil keuangan perusahaan telah beragam. Pendapatan yang lebih rendah dari perkiraan pada kuartal terakhir di taman hiburannya mengimbangi keberhasilan bisnis streaming yang baru saja menguntungkan.

Michael Kowalski, Tiffany & Co

Menjabat CEO pertama : 1999-2015

Menjadi CEO kedua : Februari 2017-Oktober 2017

Kowalski mengakhiri  masa pensiunnya untuk memimpin Tiffany secara singkat pada tahun 2017 setelah penggantinya, Frederic Cumenal, dipecat. CEO lama dianggap gagal dalam hal penjualan . Eksekutif mode Alessandro Bogliolo mengambil alih pada Oktober 2017 dan memimpin perusahaan hingga akuisisi LVMH senilai US$16 miliar atas merek tersebut selesai pada 2021.

Katrina Lake, Stitch Fix

Menjabat CEO pertama : 2011-2021

Menjadi CEO kedua : Januari 2023-Juni 2023

Lake mendirikan Stitch Fix Inc dan membawa Stitch Fix menjadi perusahaan publik pada tahun 2017. Lewat kepemimpinannya, merek pakaian online ini mengalami pertumbuhan  luar biasa, menghasilkan pendapatan US$1,7 miliar pada tahun 2020.

Mantan partner Bain & Co. Elizabeth Spaulding menjadi CEO pada tahun 2021, sebelum Lake mengambil alih posisi puncak pada tahun 2023 pasca merek tersebut berjuang untuk mempertahankan keuntungan di era pandemi. Perusahaan mempekerjakan Matt Baer, mantan eksekutif Macy's Inc tahun lalu untuk memimpin perusahaan.

Kisah Veteran Kembali

Sosok Hill yang masuk menjadi CEO baru menjadi catatan baru dari perusahaan-perusahaan besar  yang meminta para eksekutif veteran untuk membangun kembali keseimbangan di masa krisis. 

Steve Jobs. (Bloomberg)

Steve Jobs adalah contoh yang mungkin paling populer, saat dirinya kembali ke Apple Inc. 12 tahun sebelumnya Jobs justru dipecat sebagai CEO pada tahun 1985.

Kembalinya Jobs ke Apple meletakkan dasar bagi merek teknologi yang sebelumnya lesu menjadi salah satu perusahaan paling bernilai di dunia.

Keberhasilan Jobs yang sangat sukses di Apple menjadi preseden yang menggiurkan bagi bisnis yang berada di persimpangan jalan kepemimpinan.

Periode berikutnya, Procter & Gamble, JCPenney Co, Twitter Inc, dan Walt Disney Co, semuanya mengangkat kembali CEO yang telah terbukti ketika penerus mereka mengalami kesulitan.  

Tugas Berat Pensiunan Pimpin Perusahaan

Elliott Hill, yang telah bekerja selama tiga dekade di perusahaan akhirnya dipanggil pemegang saham Nike untuk menakodai perusahaan yang tengah terpuruk.

Hill dianggap yang paling tahu soal Nike, dengan pengalaman 31 tahunnya mulai dari sales magang hingga tahun 2020 menjabat presiden divisi konsumen.

Hill ‘turun gunung’ dan harus menjawab tantangan besar brand apparel sport kenamaan Nike untuk kembali berjaya. Kursi tertinggi ia mulai jabat pada 14 Oktober, dan Donahoe, yang dipecat, justru 14 Oktober yang akan datang seharusnya memasuki masa pensiun. (Donahoe akan tetap menjadi penasihat di Nike hingga 31 Januari).

Mantan CEO Nike Inc, John Donahoe. (Bloomberg)

Hill memiliki tugas berat setelah masa jabatan mantan CEO John Donahoe menyebabkan hilangnya pangsa pasar dan berkurangnya talenta desainer. Seperti yang dikatakan oleh profesor Harvard Business School, Jay Lorsch,  saat Lafley kembali ke P&G.

“Selalu menjadi keadaan darurat saat hal ini terjadi. Anda tidak akan kembali ke orang lama kecuali Anda melakukan kesalahan dan itu berarti Anda tidak memiliki kandidat lain yang siap.”

Itu terjadi 11 tahun yang lalu. Pengamatan tersebut masih tetap relevan hingga saat ini. 

Tak Punya Figur Baru

Meski begitu sebagian besar pola ‘Boomerang Executive’ juga tidak mampu memberikan hasil signifikan. Sebuah studi tahun 2019 yang meneliti data perusahaan publik selama 25 tahun menemukan bahwa kinerja saham tahunan 10% lebih buruk di bawah CEO yang kembali dibandingkan dengan CEO yang tidak kembali.

Temuan ini konsisten bahkan ketika membandingkan bumerang dengan CEO yang baru pertama kali dipekerjakan dalam situasi krisis.

Hasil lemah sebagian besar disebabkan oleh para veteran yang memiliki ide-ide yang sudah terkalsifikasi mengenai bagaimana bisnis harus dijalankan, kata Christopher Bingham, seorang profesor di University of North Carolina Kenan-Flagler Business School dan penulis utama studi ini. 

Contoh yang disebutkan Bingham termasuk Dell Inc, yang terus berjuang setelah Michael Dell kembali pada tahun 2007 pasca absen selama tiga tahun dari jajaran eksekutif.

Tidak seperti Dell, atau Jobs dalam hal ini, Hill bukanlah seorang pendiri Nike. Hal ini membedakannya dengan orang-orang terkenal lainnya yang kembali ke perusahaan seperti Jack Dorsey (yang pernah menjadi CEO Twitter Inc), M. Steven Ells (Chipotle Mexican Grill Inc), Leonard Riggio (Barnes & Noble), Kevin Plank (Under Armour Inc), dan Steve Huffman (Reddit Inc).

Sudah barang tentu, tidak hanya para pendiri yang dipasang kembali di posisi puncak. Sergio Ermotti di UBS Group AG, A.G. Lafley di Procter & Gamble, dan Myron Ullman di JCPenney Co. semuanya adalah orang luar perusahaan sebelum mereka kembali untuk tugas kedua sebagai orang dalam.

Hill juga berbeda dari para pemimpin ini, karena ia tidak pernah menjadi CEO sebelumnya. Meskipun dia menghabiskan 20 tahun sebagai eksekutif di Nike, Hill pensiun tanpa pernah memegang jabatan puncak selama masa jabatan awalnya.

Seorang selepas berbelanja Nike. (Bloomberg)

Namun Bingham dari Kenan-Flagler mengatakan bahwa Hill masih akan mengalami beberapa keterbatasan yang mengganggu para CEO yang kembali, yaitu “model mental” dan sudah tertanam tentang bagaimana bisnis seharusnya berjalan

Hal ini bisa menjadi masalah mengingat betapa berubah-ubahnya selera konsumen dan betapa cepatnya industri Nike berkembang, katanya.

“Tantangan dalam merekrut kembali seseorang adalah Anda membutuhkan pihak untuk melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya,” ujar Bingham. Mempekerjakan kembali seorang eksekutif veteran bukanlah sebuah inovasi, melainkan bisnis seperti biasa.”

(fik/wep)

No more pages