Di konfirmasi secara terpisah, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI, dr Siti Nadia Tarmizi juga mengatakan bahwa penggunaan antibiotik yang tidak sesuai bisa menyebabkan AMR.
"Jadi misalnya sebuah penyakit seharusnya tidak diberikan antibiotik ini, tapi kemudian diberikan antibiotik ini sehingga menjadi kebal bila digunakan tuk pengobatan kedepannya,"kata Nadia kepada Bloomberg Technoz, Selasa (24/9).
"Atau misalnya orang sakit flu seharusnya tak perlu antibiotik tapi diberikan antibiotik itu juga menyebabkan resisten. Kalau sudah resistensi tentu sulit untuk digunakan karena tidak manfaat,"tambah Nadia.
Kata Nadia yang bisa dilakukan ketika terjadi resistensi yakni dengan memberikan dua jenis antibiotik. "Atau juga dengan memberikan antibiotik yang lain tapi masih sensitif," jelasnya.
Kemudian Kemenkes melaporkan di tahun 2023 pada 24 rumah sakit sentinel site sebesar 70,75% dari target ESBL tahun 2024 sebesar 52%. Angka ini menunjukan, adanya peningkatan resistensi antimikroba pada bakteri jenis Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae.
Kedua bakteri ini dapat menyebabkan kematian dan menyerang seluruh sistem organ dalam tubuh manusia. Bagaimana mengobati kedua jenis bakteri ini?
"Ya tadi menggunakan antibiotik lebih dari 2 jenis atau antibiotik lini kedua walau mungkin tidak seampuh lini 1," terang Nadia.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr. Azhar Jaya, SH, SKM, MARS mengungkapkan data kejadian resistensi antimikroba yang dilaporkan oleh rumah sakit sentinel. Data tersebut mencakup dua jenis bakteri yang kebal antibiotik.
Data AMR di Indonesia secara khusus didapatkan dari data yang dilaporkan oleh rumah sakit sentinel yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, di mana hasil pengukuran Extended-spectrum Beta-Lactamase (ESBL) tahun 2022 pada 20 rumah sakit sentinel site sebesar 68%.
(dec/spt)