Selain itu, landasan pacu di Bandara Paro sangat pendek, sehingga tidak memungkinkan pesawat berbadan besar, seperti pesawat jumbo, untuk mendarat. Pilot harus mampu memutar pesawat pada saat-saat terakhir sebelum pendaratan, yang sering kali menyebabkan rasa takut pada penumpang.
Namun, setelah pendaratan yang sukses, penumpang biasanya memberikan tepuk tangan sebagai apresiasi terhadap keterampilan pilot.
Pengalaman Pilot: Pendaratan yang Menantang, Namun Tidak Berbahaya
Kapten Chimi Dorji, yang telah bekerja di maskapai penerbangan nasional Bhutan, Druk Air, selama lebih dari 25 tahun, mengakui bahwa mendaratkan pesawat di Bandara Internasional Paro merupakan tantangan tersendiri.
Menurut Chimi tantangan tersebut bukan berarti berbahaya. "Ini memang menguji keterampilan pilot, tetapi tidak berbahaya. Jika berbahaya, saya tidak akan menerbangkannya," ujarnya dalam sebuah wawancara dengan CNN pada Rabu, 18 September 2024.
Persyaratan Khusus untuk Pilot yang Terbang ke Bandara Paro
Tidak semua pilot dapat menerbangkan pesawat ke Bandara Paro. Mengingat tantangan geografis dan teknis yang ada, hanya pilot dengan sertifikasi khusus yang diizinkan terbang ke sana. Bandara ini termasuk dalam kategori C, yang berarti pilot harus menjalani pelatihan khusus untuk mendaratkan pesawat secara manual tanpa bantuan radar.
Para pilot juga diwajibkan memiliki pengetahuan mendalam tentang bentang alam di sekitar bandara. Hal ini penting untuk memastikan pesawat dapat mendarat dengan aman tanpa melenceng dari rute yang seharusnya. Pelatihan ini sangat krusial karena Bandara Paro tidak dilengkapi dengan peralatan navigasi canggih yang umumnya digunakan di bandara-bandara lain di dunia.
(red)