Namun, peninjauan kembali rencana utang ini bisa menunda pencairan pinjaman tambahan dari IMF. Sri Lanka perlu memenuhi sejumlah kriteria fiskal sebelum putaran pendanaan berikutnya dapat dicairkan.
Obligasi dolar Sri Lanka stabil pada Selasa (24/09/2024), menghapus sebagian kerugian yang terjadi setelah kemenangan Dissanayake. Obligasi yang jatuh tempo pada Maret 2029 naik menjadi 51,485 sen per dolar, setelah sebelumnya mencatat penurunan terbesar dalam lebih dari dua tahun pada Senin.
Presiden sebelumnya, Ranil Wickremesinghe, memperingatkan bahwa membatalkan kesepakatan dengan IMF bisa berdampak buruk bagi ekonomi Sri Lanka. Sebelum kesepakatan ini, negara tersebut mengalami krisis ekonomi yang belum pernah terjadi, dengan inflasi melonjak, menghancurkan tabungan rumah tangga, dan memicu protes besar-besaran.
Para investor berharap Dissanayake akan tetap berpegang pada rencana pinjaman yang ada. Salah satu anggota komite eksekutif partai presiden, Rizvie Salih, mengatakan bahwa meskipun program IMF akan tetap berjalan, mereka akan mencari beberapa modifikasi.
IMF dalam pernyataannya juga menyoroti bahwa kesepakatan terbaru dengan pemegang obligasi merupakan kemajuan signifikan dalam proses restrukturisasi utang Sri Lanka. Namun mereka masih menunggu "konfirmasi kesetaraan perlakuan" dari Komite Kreditur Resmi Sri Lanka.
(bbn)