Israel menargetkan lusinan kota di Lebanon selatan, termasuk Tyre dan Bint Jbeil, kata media Lebanon, sementara Jbeil di utara--sekitar 170 kilometer (106 mil) dari perbatasan--melaporkan serangan rudal pertamanya.
Kedua belah pihak telah bertukar tembakan roket lintas batas hampir setiap hari sejak perang Israel dengan Hamas meletus pada Oktober lalu, tapi konflik telah meningkat dalam sepekan terakhir.
Amerika Serikat (AS) mendesak untuk menahan diri dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin telah berbicara dengan mitranya dari Israel, Yoav Gallant, beberapa kali dalam beberapa hari terakhir, menekankan "pentingnya mencapai solusi diplomatik," kata Pentagon.
AS akan mengirimkan "sejumlah" pasukan tambahan ke Timur Tengah, kata juru bicara Pentagon Pat Ryder tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Israel berfokus pada kampanye udara untuk menurunkan kemampuan militer Hizbullah, kata pejabat militer Israel, yang mengindikasikan bahwa invasi darat tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa ia lebih suka menggunakan diplomasi untuk menghentikan serangan-serangan Hizbullah, tapi usaha-usaha semacam itu gagal.
Kabinetnya menjadikan kembalinya puluhan ribu warga sipil mengungsi dari wilayah utara Israel akibat ancaman serangan sebagai tujuan perang utama pekan lalu, sementara Gallant mengatakan bahwa fokus militer harus bergeser dari Gaza dan Hamas ke wilayah utara dan Hizbullah.
Baik Hizbullah maupun Hamas disokong oleh Iran dan dianggap sebagai organisasi teroris oleh AS.
"Saya ingin mengklarifikasi kebijakan Israel: kami tidak menunggu ancaman, kami sudah mendahuluinya," ujar Netanyahu pada Senin, dan memperkirakan "hari-hari yang sulit" di masa depan.
Dalam pesan video kepada rakyat Lebanon, ia menambahkan, "IDF telah memperingatkan Anda untuk menjauh dari bahaya. Saya mendesak Anda--tanggapi peringatan ini dengan serius."
Netanyahu dijadwalkan berpidato di hadapan Majelis Umum PBB pada pertemuan puncaknya di New York pekan ini, meskipun rencana perjalanannya belum diselesaikan.
Danon, utusan Israel untuk PBB, mengatakan bahwa Netanyahu dijadwalkan mendarat di AS pada Kamis (26/9/2024) pagi, "berbicara di PBB pada Jumat pagi dan kembali ke Israel pada Sabtu malam. Sekarang, hal ini dapat berubah karena kami akan mengikuti perkembangan di Israel."
Tempat Perlindungan Bom
Di Israel utara, ratusan ribu orang bergegas menuju tempat penampungan bom setelah 150 proyektil ditembakkan pada Senin.
Hizbullah memiliki akses ke roket jenis baru yang dapat menjangkau sejauh 100 kilometer dan membawa 170 kg bahan peledak di hulu ledaknya, kata kelompok itu di saluran Telegram pada akhir pekan.
Hizbullah mengatakan roket-roket tersebut menargetkan lokasi-lokasi militer Israel di utara Haifa ketika sirine dibunyikan, termasuk di daerah-daerah sipil.
Polisi Israel melaporkan sebuah rumah dihantam dan roket-roket jatuh di beberapa lokasi di Galilea Bawah.
Hingga minggu lalu, Israel dan Hizbullah sebagian besar memfokuskan serangan mereka pada target-target militer dan target-target di dekat daerah perbatasan.
Namun, Israel semakin frustrasi dengan ketidakmampuannya untuk menghentikan serangan rudal dan pesawat tak berawak Hizbullah, atau memungkinkan warga sipil yang mengungsi dari utara untuk kembali ke rumah mereka.
Pada Selasa dan Rabu, Hizbullah dan Lebanon menyalahkan Israel karena telah meledakkan ribuan pager dan walkie talkie yang sebagian besar digunakan oleh para anggota kelompok tersebut.
Operasi dua hari di Lebanon menewaskan sedikitnya 39 orang, termasuk warga sipil dan anak-anak, dan melukai ribuan lainnya. Israel tidak mengonfirmasi atau menyangkal bertanggung jawab.
Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati meminta PBB dan kekuatan dunia untuk bertindak cepat guna menghentikan Israel dan Hizbullah "jatuh ke dalam hal yang tidak diketahui."
Hizbullah adalah kelompok militan Syiah yang, seperti halnya Hamas, dilatih dan didanai oleh Iran.
Hizbullah dianggap sebagai aktor non-negara yang paling kuat di Timur Tengah, dengan puluhan ribu rudal dan pesawat tempur yang dimilikinya. Hizbullah juga merupakan partai politik dengan dukungan besar di Lebanon.
Keberadaan Sinwar
Juga pada Senin, juru bicara militer Israel mengatakan bahwa ada kemungkinan pemimpin Hamas Yahya Sinwar telah terluka atau terbunuh dalam serangan udara di Gaza, setelah media lokal melaporkan bahwa ia baru-baru ini tidak dapat dihubungi.
"Mengenai apa yang muncul selama beberapa hari terakhir ini mengenai Sinwar, saya tidak mengesampingkannya dan juga tidak mengonfirmasikannya," ujar Daniel Hagari.
Pemerintah Israel mengatakan bahwa Sinwar mendalangi serangan pada 7 Oktober di Israel yang memicu perang yang sedang berlangsung di Gaza.
Bulan lalu, ia dipromosikan untuk menggantikan kepala politik kelompok tersebut, Ismail Haniyeh, yang dibunuh di Teheran, dan sekarang menjadi penghubung pembicaraan gencatan senjata yang telah lama menemui jalan buntu yang dimediasi oleh AS, Qatar, dan Mesir.
AS telah menyatakan bahwa gencatan senjata di Gaza akan membantu meredakan ketegangan di kawasan itu.
Pemerintah Israel mengatakan bahwa mereka tidak dapat menunggu gencatan senjata di wilayah Palestina sebelum menetralisir ancaman Hizbullah.
Hamas menewaskan 1.200 orang dan menyandera 250 orang dalam serangannya pada 7 Oktober. Serangan udara dan darat Israel selanjutnya telah menewaskan lebih dari 41.000 warga Palestina di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan dikelola Hamas, yang tidak membedakan antara kombatan dan warga sipil.
(bbn)