Sedang INDOGB-5Y dan 10Y masih menunjukkan penurunan yield 2,6 bps dan 0,9 bps.
Adapun SBN berdenominasi dolar AS, INDON, bergerak sebaliknya di mana tenor pendek banyak diburu terindikasi dari penurunan yield untuk tenor 2Y sebesar 1,3 bps. Selebihnya, imbal hasil INDON naik di mana tenor 5Y naik terbanyak hingga 2,4 bps sejauh ini.
Tekanan yang dialami oleh rupiah hari ini tak lain karena terseret sentimen regional yang menekan emerging market Asia. Keputusan bank sentral China, PBOC, memangkas bunga acuan tenor 14 hari, ditambah pengumuman rencana pengucuran stimulus di negeri Panda, menaikkan kecemasan pasar akan kondisi perekonomian China.
Yuan China tergerus 0,12% dan menilik posisinya sebagai salah satu mata uang jangkar di Asia, pelemahannya pun menyeret mata uang lain termasuk rupiah yang sejauh ini sudah tergerus 0,34%, kedua terdalam di Asia setelah peso Filipina.
Sementara itu, sebagian mata uang Asia lain masih berhasil menguat melawan dolar AS. Di antaranya adalah baht Thailand yang menguat 0,29%, lalu yen Jepang 0,1%, rupee India 0,06%, dolar Hong Kong 0,02% dan ringgit yang naik 0,01%.
Bursa Eropa bervariasi
Pada awal transaksi, sebagian besar bursa Eropa masih bergerak menguat dalam kisaran terbatas.
Indeks STX Euro dibuka naik 0,06%. Bursa saham Jerman, indeks Dax 30 dibuka naik 0,2%. Namun, bursa saham Inggris dan Prancis sama-sama tertekan di mana indeks CAC 40 Prancis turun 0,26%, lalu FTSE 100 di Inggris juga turun tipis 0,09%.
Pasar mengkhawatirkan perekonomian China yang terlihat masih kepayahan. "Tidak ada indikasi bahwa Beijing sedang mempertimbangkan langkah stimulus fiskal yang besar dan berani untuk memulihkan perekonomian," kata Alvin T. Tan, Head of FX Asia Strategist di RBC Capital Market.
Uang beredar melambat
Bank Indonesia melaporkan, kondisi likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Agustus 2024, tumbuh melambat sebesar 7,3% year-on-year, menjadi sebesar Rp8.973,7 triliun, dari pertumbuhan sebesar 7,6% pada Juli.
Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 7,0% (yoy) dan uang kuasi sebesar 5,6% (yoy).
Perkembangan M2 pada Agustus 2024 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan aktiva luar negeri bersih. Penyaluran kredit pada Agustus, tercatat melambat dengan pertumbuhan sebesar 10,9%, lebih rendah dibanding Juli yang mencapai 11,7%.
Sementara tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat tumbuh sebesar 12,5%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Juli 2024 sebesar 15,9%. Aktiva luar negeri bersih tercatat mengalami kontraksi sebesar 1,1%, lebih besar dibanding penurunan pertumbuhan pada Juli sebesar 0,1%.
(rui)