Ia menyebut, saat ini banyak industri di banyak negara yang ingin bertransformasi menjadi energi hijau dengan cara mengurangi emisi CO2, atau bahkan mengkonversi kendaraan berbahan bakar fosil menjadi kendaraan listrik.
“Indonesia memiliki semua sumber daya alam yang diperlukan untuk berada di posisi yang tepat dalam transformasi ini,” klaim Sri Mulyani.
Indonesia Masuk Middle Income Trap
World Bank atau Bank Dunia melaporkan sebanyak 108 negara, termasuk Indonesia, China, India, Brasil, dan Afrika Selatan, menghadapi kendala serius yang dapat menghambat upaya mereka untuk menjadi negara berpendapatan tinggi dalam beberapa dekade mendatang.
Hal ini tercantum dalam studi Bank Dunia baru yang menyediakan peta jalan komprehensif pertama untuk memungkinkan negara-negara berkembang keluar dari “middle-income trap” atau jebakan pendapatan menengah.
Mengacu pada studi dari 50 tahun terakhir, World Development Report 2024 : The Middle Income Trap atau Laporan Pembangunan Dunia 2024: Jebakan Pendapatan Menengah, terungkap bahwa seiring negara-negara menjadi lebih kaya, negara tersebut biasanya mencapai jebakan sekitar 10% dari produk domestik bruto (PDB) tahunan AS per orang.
Korea Selatan Menuju Negara Maju
Korea Selatan adalah contoh menonjol dalam ketiga fase strategi 3i, kata laporan tersebut. Pada tahun 1960, pendapatan per kapitanya hanya US$1.200. Pada akhir tahun 2023, angka itu telah naik menjadi US$33.000.
Korea Selatan memulai dengan campuran kebijakan sederhana untuk meningkatkan investasi publik dan mendorong investasi swasta. Hal itu berubah pada tahun 1970-an menjadi kebijakan industri yang mendorong perusahaan domestik untuk mengadopsi teknologi asing dan metode produksi yang lebih canggih.
Perusahaan-perusahaan Korea menanggapi. Samsung, yang dulunya pembuat mi, mulai memproduksi perangkat TV untuk pasar domestik dan regional. Untuk melakukannya, Samsung melisensikan teknologi dari perusahaan Jepang—Sanyo dan NEC.
Keberhasilan Samsung mendorong permintaan akan teknisi, manajer, dan profesional terampil lainnya. Pemerintah Korea Selatan pun menanggapinya.
Kementerian Pendidikan menetapkan target—dan menambah anggaran—bagi universitas negeri untuk membantu mengembangkan keahlian baru yang dibutuhkan oleh perusahaan domestik. Kini, Samsung adalah inovator global dengan caranya sendiri—salah satu dari dua produsen ponsel pintar terbesar di dunia.
Negara lain mengikuti jalur serupa—termasuk Polandia dan Cile. Polandia berfokus pada peningkatan produktivitas dengan teknologi yang diinfus dari Eropa Barat.
Cile mendorong transfer teknologi dari luar negeri—dan menggunakannya untuk mendorong inovasi domestik. Salah satu keberhasilan terbesarnya melibatkan adaptasi teknologi budidaya salmon Norwegia dengan kondisi lokal, menjadikan Cile sebagai pengekspor salmon teratas.
(azr/lav)