Zulhas juga menyoroti perbedaan kondisi serikat pekerja antara wilayah seperti Karawang dan Jawa Tengah. "Jadi [pabrik] tutup sebetulnya belum tentu tutup, [tetapi] pindah, banyak yang pindah ke Jawa Tengah karena Jawa Tengah lebih murah," tekannya.
Berkaitan dengan hal tersebut, barulah Zulhas menyampaikan pengalamannya yang berakhir menutup usaha yang telah digelutinya 20 tahun silam. Zulhas menuturkan sempat memiliki pegawai sebanyak 3.000 orang.
Namun, dia mengaku kelabakan lantaran hampir setiap hari usahanya tersebut didemo oleh serikat pekerjannya, terlebih pada saat itu, juga bertepatan dengan era reformasi.
"Saya juga punya pengalaman, jadi saya kan ada industri juga, 3.000 pegawai saya dulu. Tiap hari demo, [terlebih] baru reformasikan, ya 20 tahun yang lalu, saya pusing juga, ya saya tutup aja gitu," pungkasnya.
Sekadar catatan, S&P Global melaporkan aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) ada di 49,3 pada Agustus 2024.
PMI di bawah 50 menandakan aktivitas yang sedang terkontraksi, bukan ekspansi. Ini menjadi kali pertama PMI manufaktur Indonesia berada di bawah 50 sejak Agustus 2021.
"Pemesanan baru [new orders] dan produksi turun untuk kali pertama dalam lebih dari 2 tahun. Pembelian bahan baku dikurangi, dan penyerapan tenaga kerja turun dalam laju tercepat sejak September 2021," sebut Paul Smith, Direktur Ekonomi S&P Global Market Intelligence, dalam keterangan tertulis.
(prc/wdh)