Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Tangerang Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menuturkan pengalaman pribadinya menghadapi aksi demonstrasi buruh yang berdampak pada keputusan menutup pabrik, di tengah tren kelesuan sektor manufaktur.

Mulanya, Zulhas menjawab pertanyaan mengenai sejumlah alasan di balik adanya penurunan Purchasing Managers’ Index (PMI) sektor manufaktur Indonesia yang belakangan ini mengalami penurunan.

Sebagai catatan, S&P Global mencatat PMI Indonesia pada Agustus 2024 bertengger di posisi 48,9, kian merosot dari bulan sebelumnya di level 49,3. PMI di bawah ambang 50 menandakan adanya kontraksi terhadap kinerja manufaktur suatu negara.

"Jadi kalau manufaktur itu [alasan tutupnya] macam-macam sebabnya, ada yang mesinnya tua, sudah mulai tidak kompetitif, ada juga yang pindah, yang Tangerang ini juga banyak yang pindah," kata Zulhas ketika ditemui di Tangerang, Banten, Senin (23/9/2024).

Pabrik mobil listrik. (Dok: Bloomberg)

Lebih lanjut, dia menjelaskan beberapa perusahaan, terutama di kawasan Tangerang, memilih untuk memindahkan operasi mereka ke Jawa Tengah. Salah satu alasan utama perpindahan ini adalah biaya tenaga kerja yang lebih murah serta iklim kerja yang dianggap lebih kondusif di wilayah tersebut.

Zulhas juga menyoroti perbedaan kondisi serikat pekerja antara wilayah seperti Karawang dan Jawa Tengah. "Jadi [pabrik] tutup sebetulnya belum tentu tutup, [tetapi] pindah, banyak yang pindah ke Jawa Tengah karena Jawa Tengah lebih murah," tekannya.

Berkaitan dengan hal tersebut, barulah Zulhas menyampaikan pengalamannya yang berakhir menutup usaha yang telah digelutinya 20 tahun silam. Zulhas menuturkan sempat memiliki pegawai sebanyak 3.000 orang.

Namun, dia mengaku kelabakan lantaran hampir setiap hari usahanya tersebut didemo oleh serikat pekerjannya, terlebih pada saat itu, juga bertepatan dengan era reformasi.

"Saya juga punya pengalaman, jadi saya kan ada  industri juga, 3.000 pegawai saya dulu. Tiap hari demo, [terlebih] baru reformasikan, ya 20 tahun yang lalu, saya pusing juga, ya saya tutup aja gitu," pungkasnya.

Sekadar catatan, S&P Global melaporkan aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) ada di 49,3 pada Agustus 2024.

PMI di bawah 50 menandakan aktivitas yang sedang terkontraksi, bukan ekspansi. Ini menjadi kali pertama PMI manufaktur Indonesia berada di bawah 50 sejak Agustus 2021.

"Pemesanan baru [new orders] dan produksi turun untuk kali pertama dalam lebih dari 2 tahun. Pembelian bahan baku dikurangi, dan penyerapan tenaga kerja turun dalam laju tercepat sejak September 2021," sebut Paul Smith, Direktur Ekonomi S&P Global Market Intelligence, dalam keterangan tertulis.

(prc/wdh)

No more pages