Berikutnya, identifikasi sektor yang menuju industrialisasi. Menurutnya, penting untuk industrialisasi yang terfokus pada identifikasi sektor-sektor unggulan, seperti kelapa sawit, karet, dan nikel, yang bisa memberikan nilai tambah hingga 4—5 kali lipat jika diolah lebih lanjut.
"Dan ini hasil [dari] studi INDEF dan bahkan ada puluhan [hasil studi] ada udang, rumput laut, itu kalau dhilirisasikan [atau dalam artian] di industrialisasikan itu bisa naik harganya 4 sampai 5 kali lipat," sambungnya.
"Lalu, [investasi] infrastruktur di dalam jangka efisien dalam waktu-waktu yang sekarang dan akan datang."
Kemudian, peningkatan keterampilan tenaga kerja melalui transfer teknologi yang terus diperbarui agar Indonesia dapat bersaing dengan negara-negara maju.
"Jadi kesimpulannya, memang Bank Dunia itu sudah melakukan suatu studi, ratusan negara itu terjebak dalam middle income trap, ratusan banyaknya. Dan itu solusinya industri teknologi, skill development, dan seterusnya, dan langkah-langkah ini pengantar saya untuk pemerintahan Prabowo," tegasnya.
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan jebakan kelas menengah biasanya muncul dalam bentuk regulasi-regulasi yang membuat perekonomian menjadi sulit, yang pada akhirnya memberatkan hidup masyarakat.
“Middle income trap itu biasanya muncul dalam bentuk regulasi dan policy yang membuat rumit suatu perekonomian dan makin membebankan kepada masyarakat,” ujar Sri Mulyani dalam Rapat Koordinasi Nasional Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah atau Rakornas P2DD di Jakarta Pusat, Senin (23/9/2024).
Sebelum itu, Sri Mulyani menyatakan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) perlu dikelola secara baik, utamanya dalam pengalokasian pembangunan infrastruktur digital dan kualitas sumber daya manusia (SDM), sebagai kunci apabila Indonesia ingin menjadi negara berpendapatan tinggi di 2045.
Namun, dia tetap mewaspadai jebakan kelas menengah yang biasanya menjangkit negara-negara yang tengah berupaya menuju menjadi negara berpendapatan tinggi.
“Indonesia harus bisa menghindar dari middle income trap,” tegasnya.
Adapun, World Bank atau Bank Dunia melaporkan sebanyak 108 negara—termasuk Indonesia, China, India, Brasil, dan Afrika Selatan — menghadapi kendala serius yang dapat menghambat upaya mereka untuk menjadi negara berpendapatan tinggi dalam beberapa dekade mendatang.
Hal ini tercantum dalam studi Bank Dunia yang menyediakan peta jalan komprehensif pertama untuk memungkinkan negara-negara berkembang keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah.
Mengacu pada studi dari 50 tahun terakhir, laporan World Development Report 2024 : The Middle Income Trap memaparkan bahwa seiring dengan kemampuan untuk menjadi lebih kaya, suatu negara biasanya mencapai jebakan sekitar 10% dari produk domestik bruto (PDB) tahunan per orang.
Nilainya setara dengan US$8.000 saat ini. Angka itu berada di tengah median yang diklasifikasikan Bank Dunia sebagai negara-negara berpenghasilan menengah.
"Sejak 1990, hanya 34 negara berpendapatan menengah yang berhasil beralih ke status berpendapatan tinggi—dan lebih dari sepertiganya merupakan penerima manfaat dari integrasi ke Uni Eropa, atau dari minyak yang sebelumnya tidak ditemukan," ujar Indermit Gill, Kepala Ekonom dan Wakil Presiden Senior untuk Ekonomi Pembangunan Grup Bank Dunia dalam laporan tersebut.
(prc/wdh)