Sejumlah saham infrastruktur yang menjadi pendorong pelemahan IHSG ialah saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) ambles 19,8%, saham PT Meratus Jasa Prima Tbk (KARW) melemah 9,95%, dan saham PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) terjatuh 7,41%.
Saham transportasi juga anjlok dan jadi pemberat, PT Mitra Investindo Tbk (MITI) drop 2,7%, PT Jaya Trishindo Tbk (HELI) melemah 2,5%. PT Indonesia AirAsia Tbk (CMPP) terkontraksi 1,01%.
Sementara itu, saham-saham unggulan LQ45 yang bergerak pada teritori negatif antara lain, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) terdepresiasi 2,91%, PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) drop 2,19%. PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) melemah 1,62%, dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) terjungkal 1,28%.
Adapun kinerja Bursa di Asia siang hari ini bergerak bervariasi. Indeks Shanghai melesat 0,67%, indeks Hang Seng Hong Kong terangkat 0,27%, indeks KOSPI menguat 0,24%, FTSE Malaysia KLCI drop 0,18%, indeks Ho Chi Minh Vietnam tertekan 0,05%, dan juga indeks SETI Thailand melemah 0,05%.
Sentimen Regional
Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari regional. Pasar cemas atas kesehatan pertumbuhan Ekonomi China.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Belanja Negara China menyusut lebih cepat di tengah melambatnya angka Pendapatan yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh Pemerintah Daerah dari penjualan tanah. Ini merupakan sinyal yang menggelisahkan bagi perekonomian China yang sangat membutuhkan dukungan fiskal.
"Situasi di China berubah dari buruk menjadi lebih buruk," kata Tony Sycamore, Analis Pasar di IG Sydney.
Gabungan Belanja dalam anggaran publik dan rekening dana Pemerintah hanya di 22,21 triliun yuan (Rp47.749 triliun) dalam delapan bulan pertama tahun ini. Angka itu menyusut 2,9% dari titik yang sama pada 2023, menurut perhitungan Bloomberg berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Keuangan pada Jumat.
Pengeluaran tersebut semakin melemah dari perlambatan sedalam 2% pada periode Januari-Juli.
Konsumsi, investasi, dan produksi semuanya melesu lebih dari yang diperkirakan para ekonom pada bulan Agustus, menambah pesimisme bahwa negara tersebut akan kesulitan untuk memenuhi target pertumbuhan tahunan Beijing sekitar 5%.
Langkah strategis Pemerintah di hari ini, Bank Sentral China (Central Bank of the People's Republic of China) memangkas suku bunga kebijakan jangka pendek sebagai bagian dari pengurangan yang dimulai pada Juli, seiring dengan perlambatan Ekonomi yang semakin dalam.
People's Bank of China pada Senin, memangkas suku bunga acuan pembelian kembali 14 hari menjadi 1,85% dari sebelumnya di angka 1,95%.
Bank Sentral juga melempar 74,5 miliar yuan (US$10,6 miliar) likuiditas ke dalam sistem perbankan, kata Bank Sentral dalam pernyataannya.
Pemangkasan ini mencerminkan upaya untuk mengejar ketertinggalan dari pemangkasan 10 Bps pada suku bunga reverse repo tujuh hari di Juli, ujar Frances Cheung, Kepala Strategi Devisa dan Suku Bunga di Oversea-Chinese Banking Corp.
“Pasar tidak akan terlalu bersemangat tentang hal ini,” tambahnya.
Sebelumnya, Bank Sentral China (PBOC) mempertahankan suku bunga Loan Prime Rate (LPR) bertenor 1 tahun, yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan suku bunga pinjaman korporasi dan suku bunga pinjaman rumah tangga, di 3,35%.
Sementara itu, suku bunga LPR bertenor 5 tahun, yang digunakan sebagai referensi untuk menentukan suku bunga KPR, juga tetap dipertahankan di 3,85%.
Sentimen Global
Ditambahlagi dengan sikap wait and see pasar terhadap data terbaru di minggu ini termasuk ukuran inflasi yang diinginkan The Fed akan mengkonfirmasi apakah reli akan berlanjut, mencermati peluang pemangkasan suku bunga sebesar 50 Bps jelang tutup tahun.
Sejauh ini, hasil konsensus para analis dan pelaku pasar yang dihimpun oleh Bloomberg, memperkirakan inflasi Pengeluaran dan Konsumsi Pribadi Amerika Serikat, biasa disebut Personal Consumption Expenditure (PCE) akan ada di angka 2,9% pada Kuartal II-2024, tidak berubah dibandingkan dengan data periode sebelumnya.
Sementara angka core PCE QoQ diprediksi stabil tetap di 2,5%, juga tidak berubah dibandingkan dengan sebelumnya.
Sebelum data itu dilansir, pasar akan lebih dulu mendapati rilis data Pertumbuhan Ekonomi AS (GDP Annualized QoQ) pada Kuartal II-2024 yang diperkirakan perlambatan di 2,9%, lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya mencapai 3%.
Di minggu ini juga akan sangat padat dengan jadwal para pejabat Federal Reserve yang akan bicara di berbagai forum penting. Termasuk Gubernur The Fed Jerome Powell yang akan bicara dalam forum Obligasi AS. Ini akan menjadi pertama bagi Powell memberikan statement pasca pengumuman suku bunga acuan pada Kamis pekan lalu.
Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, data ekonomi domestik dalam negeri di pekan pamungkas September 2024 relatif minim. Dengan demikian pasar kemungkinan masih akan fokus pada sentimen pemangkasan suku bunga BI yang juga diluar ekspektasi pasar.
“Minimnya data ekonomi domestik di atas, kemungkinan dimanfaatkan pasar sebagai validasi profit taking lanjutan di pekan ini. Pullback yang terjadi merupakan kondisi normal mengingat indikasi Overbought dan tercapainya target flag di 7.700,” tulisnya.
(fad)