Sebagai perbandingan, smelter Freport dalam kapasitas penuh bakal memiliki kemampuan untuk mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga yang bakal menghasilkan 600—700 ton katoda tembaga.
Pada saat bersamaan, Freeport juga akan menyelesaikan pembangunan precious metal refinery (PMR) atau fasilitas pemulihan logam mulia yang akan memurnikan lumpur anoda menjadi emas batangan, perak batangan, dan beberapa mineral lainnya. Jumlah emasnya kira-kira 50 sampai 60 ton dan perak sekitar 220 ton per tahun.
Selain itu, Bahlil mengaku telah mendengar berbagai tantangan dari AMNT untuk pembangunan smelter tersebut, mulai dari pandemi Covid-19 dan belanja modal atau capital expenditure (capex).
Namun, Bahlil menggarisbawahi pembangunan smelter merupakan arahan wajib dari Jokowi. Dengan demikian, pemerintah memberikan berbagai bantuan berupa tax holiday dan perizinan.
Jokowi berharap pengoperasian smelter tersebut memberikan multiplier effect, khususnya kepada masyarakat sekitar melalui pembukaan lapangan kerja dan peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB) di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
(dov/wdh)