Stasiun televisi ini menyebut kenaikan popularitas itu adalah yang tertinggi dalam jajak pendapat yang mereka lakukan sejak tingkat popularitas Presiden George W Bush yang naik setelah serangan 11 September 2001 di AS.
Pemberian suara awal sudah dilakukan di Virginia, Minnesotta, dan South Dakota yang akan disusul oleh beberapa negara bagian lain pada Oktober.
Pencalonan Harris yang terlambat sebagai capres Partai Demokrat mendongkrak Pilpres AS dari pertarungan berat sebelah menjadi lebih seimbang. Penampilan Presiden Joe Biden di debat pertama pada akhir Juni mendorong pengunduran dirinya, dan Harris dengan cepat mengurangi tingkat popularitas Trump.
Namun, kemenangan Pilpres AS ini besar kemungkinan bergantung pada hasil suara di sejumlah negara bagian yang sengit diperebutkan.
CBS menyimpulkan bahwa ketujuh negara bagian mengambang dalam model surveinya masih bisa diperebutkan dengan Harris memimpin, dalam cakupan kesalahan margin, di lima negara bagian di antaranya. Kedua Capres dan pendukungnya terus memobilisasi pemilih di negara bagian penting itu di enam minggu masa kampanye yang tersisa.
"Pilpres kali ini sangat ketat," kata Gubernur Michigan Gretchen Whitmer, anggota Partai Demokat yang memimpin negara bagian yang masuk dalam wilayah kunci itu.
"Kami sudah tahu itu sejak awal," kata Whitmer dalam acara televisi CNN pada Minggu. "Dan di negara bagian seperti Michigan atau Pennsylvania, Wisconsin, kami tahu Pilpres akan berjalan ketat."
Di sektor ekonomi, yang dipandang luas sebagai kelemahan politiknya, dalam survei CBS Harris mengurangi ketertinggalannya di kalangan pemilih yang sangat prihatin dengan isu ini. Trump memimpin dengan 53% dan Harris 47%, sementara pada Agustus angkanya adalah 56% untuk Trump dan 43% untuk Harris.
Ketika ditanya klaim tak berdasar Trump terkait pendatang asal Haiti yang mengonsumsi kucing dan anjing, 65% responden mengatakan hal itu membuat warga takut akan imigrasi dan 63% mengatakan cerita itu kemunginan besar tidak benar.
(bbn)