Logo Bloomberg Technoz

Pekan lalu, rupiah telah menguat 1,62%, menjadikannya valuta dengan penguatan terbesar kedua setelah ringgit Malaysia. Penguatan rupiah berkat arus masuk modal asing yang semakin besar pasca putusan historis Federal Reserve, bank sentral Amerika, mengakhiri siklus pengetatan moneter di mana Bank Indonesia telah 'mencuri start' lebih dulu dengan memangkas BI rate ke 6%.

Penguatan rupiah yang spartan didukung oleh aksi beli para investor asing yang makin membesar. Laporan Bank Indonesia menunjukkan, pada pekan lalu yaitu pada periode 17-19 September, nonresiden memborong Rp25,6 triliun.

Angka itu terdiri atas net buy di pasar Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp19,76 triliun, lalu di pasar saham Rp4,19 triliun dan sebesar Rp1,66 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Nilai pembelian pemodal asing yang besar itu membawa nilai belanja nonresiden sepanjang tahun hingga data setelmen 19 September, mencapai Rp51,85 triliun di pasar saham, lalu di SBN sebanyak Rp21,39 triliun dan di SRBI mencapai Rp186,85 triliun.

Khusus di SBN, dari pelacakan yang dilakukan oleh Bloomberg, momentum belanja pemodal asing makin besar. Rata-rata belanja SBN dalam lima hari naik menjadi US$152,9 juta, melampaui rata-rata belanja asing dalam 20 hari terakhir sebesar US$91,5 juta.

Pembelian masif asing di pasar SBN, membawa yield SBN denominasi dolar AS yang bertenor 10Y atau INDON-10Y turun ke level 4,49%. Sementara SBN rupiah, INDOGB-10Y sudah turun ke level 6,41%. Sedangkan tenor pendek, INDOGB-2Y turun ke 6,03%.

Powell akan bicara

Kalender ekonomi pekan ini masih akan padat di mana data inflasi yang jadi referensi utama The Fed, yakni inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE), akan diumumkan pada Jumat. Sebelum itu, perhatian pasar akan banyak tertuju pada pernyataan yang mungkin keluar dari banyak pejabat The Fed yang dijadwalkan bicara di berbagai forum sepanjang pekan. 

Termasuk yang dijadwalkan adalah Gubernur The Fed Jerome Powell yang akan bicara dalam forum pasar obligasi AS. Ini akan menjadi pertama bagi Powell memberikan statemen pasca pengumuman bunga acuan pada Kamis pekan lalu.

Amerika juga akan melaporkan data pertumbuhan ekonomi AS (GDP Annualized QoQ) pada kuartal II yang diperkirakan sebesar 2,9%, lebih rendah dibanding periode sebelumnya di 3%.

Sementara laporan Pengeluaran dan Konsumsi Pribadi akan ditunggu untuk mengukur apakah perekonomian terbesar di dunia itu masih setangguh sangkaan. Atau, mulai menunjukkan gejala pelemahan yang perlu diwaspadai. Pasar juga akan menanti data itu untuk memperhitungkan berapa besar penurunan bunga acuan The Fed ke depan.

Sejauh ini, hasil konsensus para analis dan pelaku pasar yang dihimpun oleh Bloomberg, memperkirakan kinerja konsumsi pribadi AS akan naik 2,9% pada kuartal II, tidak berubah dibanding capaian periode sebelumnya. 

Sementara angka core PCE QoQ diprediksi stabil di 2,5%, juga tidak berubah dibanding sebelumnya.

(rui)

No more pages