Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) mengucurkan pinjaman senilai US$500 juta atau setara Rp7,5 8 triliun (asumsi kurs saat ini) untuk membantu percepatan transisi energi di Indonesia
Dana itu juga sekaligus mendukung langkah Indonesia dalam menopang berbagai kebijakan untuk mencapai kontribusi yang ditentukan secara nasional atau NDC. Serta, target emisi bersih nol dari pembangkitan listrik pada 2050.
“Program pinjaman berbasis kebijakan ini mendukung pengembangan kebijakan dasar dan kolaboratif Indonesia guna mengidentifikasi dan menjawab berbagai tantangan kompleks di sektor ini," ujar Jiro Tominaga, Direktur ADB dalam siaran resminya.
Dia mengatakan, saat ini Indonesia berada pada persimpangan penting dalam perjalanan transisi energi nasionalnya. Hal ini merujuk pada masih pesatnya pertumbuhan kapasitas pembangkit listrik, yang ditujukan untuk mengatasi sebagian besar kendala pasokan listrik dalam negeri.
Situasi tersebut, kata Jiro, membuat pemerintah masih sangat tergantung pada kelistrikannya yang sumber tenaganya berbasis bahan bakar fosil seperti batu bara, gas, dan diesel.
ADB pun memilih untuk mendukung Indonesia melalui program transisi energi sendiri meliputi pengembangan rencana kebijakan dan investasi pada Comprehensive Investment and Policy Plan Just Energy Transition Partnership (CIPP JETP). Sesuai hasil COP28 tahun lalu, pendanaan program ini mencapai US$20 miliar atau setara Rp309 triliun.
Selain ADB, program ini juga menggandeng mitra pembiayaan bersama meliputi badan pembangunan Prancis, Agence Française de Développement (AFD), dan pemberi pinjaman negara Jerman Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW).
Lima Bidang Investasi JETP pada CIPP
IFA 1
Pengembangan Jaringan Transmisi dan Distribusi Listrik; sekitar 14.000 km rangkaian transmisi yang memakan biaya hingga US$19,7 miliar pada 2030;
IFA 2
Pemensiunan Dini dan Managed Phase-out Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara; retrofitting fleksibilitas batubara dan pemensiunan dini yang memerlukan dana hingga US$2,4 miliar pada 2030;
IFA 3
Akselerasi Energi Terbarukan Dispatchable; pengembangan kapasitas sebesar 16,1 GW pada 2030, yang memakan biaya hingga US$49,2 miliar pada 2030;
IFA 4
Akselerasi Energi Terbarukan Variabel (VRE); pengembangan kapasitas sebesar 40,4 GW pada 2030, yang memakan biaya hingga US$25,7 Miliar pada 2030; dan
IFA 5
Pengembangan Rantai Pasokan Energi Terbarukan
(ibn/frg)