Dilansir melalui situs resmi, nilai investasi dari proyek strategis nasional (PSN) yang dijalankan oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) dan PT Antam Tbk melalui anak usahanya, yakni PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), tersebut mencapai US$900,7 juta atau sekitar Rp13,5 triliun.
Proyek SGAR Phase 1 ini ditargetkan berproduksi mulai kuartal ketiga 2024 dan beroperasi dengan kapasitas penuh pada awal 2025. Nantinya, smelter ini memproduksi sekitar 1 juta ton alumina per tahun dengan bahan baku 3,3 juta ton bauksit per tahun.
Untuk diketahui hilirisasi bauksit sudah mencapai tahap yang lebih maju yaitu industrialisasi yang menghasilkan produk akhir. Peningkatan nilai bauksit dari bijih dengan nilai US$30/ton dapat ditingkatkan menjadi alumina dengan nilai US$380/ton dan konversi alumina menjadi aluminium akan meningkatkan nilai tambah menjadi US$2.200/ton.
Sebagian besar produk alumina dari SGAR phase 1 akan dijadikan bahan baku utama untuk Smelter Aluminium INALUM yang berada di Kuala Tanjung, Sumatera Utara, dengan kapasitas 260 ribu ton per tahun.
Alumina merupakan bahan utama pembuatan aluminium primer seperti ingot, alloy, billet, bar, keramik, dan produk harian lainnya.
Setelah SGAR Mempawah fase 1 rampung, PT BAI berencana melanjutkan pengerjaan SGAR Menpawah fase II dengan potensi tambahan kapasitas produksi alumina mencapai 2 juta ton.
PT BAI merupakan perusahaan patungan dengan kepemilikan saham PT INALUM dengan porsi 60% dan PT ANTAM 40%.
(dov/lav)