Logo Bloomberg Technoz

Harga Saham, Obligasi & Emas Sudah Mahal, Telat Masuk Sekarang?

Ruisa Khoiriyah
20 September 2024 12:56

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Reli kenaikan harga aset-aset di pasar keuangan domestik masih berlanjut hari ini pasca keputusan historis Federal Reserve, memastikan dimulainya siklus penurunan suku bunga acuan global. Optimisme bahwa perekonomian Amerika Serikat (AS) berpeluang mendarat mulus alias softlanding, memberi energi besar bagi aksi beli aset portofolio di berbagai pasar di banyak negara, tak terkecuali Indonesia.

Para investor makin bersemangat membelanjakan dana untuk ditempatkan di aset-aset investasi, mulai dari saham, surat utang atau obligasi, hingga komoditas seperti emas. Reli pembelian di pasar surat berharga negara (SBN) hari ini telah memasuki hari kelima dan membawa penguatan rupiah makin meyakinkan nyaris ke bawah Rp15.000/US$.

Mengacu data realtime Bloomberg, yield SBN berdenominasi rupiah, INDOGB tenor pendek 2Y terpangkas hingga 14,8 bps ke level 6,09%. Disusul di belakangnya adalah reli harga INDOGB 10Y dengan penurunan imbal hasil sampai 12,3 bps ke level 6,39%.

Tenor 5Y juga sempat turun 8,2 bps disusul tenor 3Y yang terkikis 7,9 bps ke level 6,15%. Penurunan tingkat imbal hasil mengindikasikan kenaikan harga obligasi yang terungkit gelombang beli investor.

Sementara di pasar saham, meski IHSG terpangkas 2% di awal pembukaan perdagangan hari ini karena sentimen saham BREN, mayoritas saham masih mencetak reli kenaikan.