Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pesawat-pesawat tempur Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke Lebanon pada Kamis (19/09/2024), yang memperparah konflik antara Israel dengan Hizbullah.

Dikutip dari berbagai sumber termasuk Reuters dan The Guardian, militer Israel mengatakan pihaknya telah menghantam 100 peluncur roket yang katanya akan digunakan "dalam waktu dekat" oleh Hizbullah. Pengeboman ini mencakup lebih dari 52 serangan di Lebanon selatan, dan menurut sumber dari pihak keamanan Lebanon, ini merupakan serangan udara terberat sejak konflik dimulai pada Oktober. Sementara itu, militer Israel bersumpah akan terus menyerang Hizbullah.

Di tengah ketegangan ini, Gedung Putih menyerukan penyelesaian diplomatik dan mengungkapkan kekhawatiran atas potensi eskalasi. "Kami takut dan prihatin dengan peningkatan ketegangan," kata juru bicara Gedung Putih, Karine Jean-Pierre, dalam konferensi pers. Inggris juga menyerukan gencatan senjata segera antara kedua pihak untuk menghindari semakin parahnya situasi.

Serangan udara Israel terjadi setelah serangkaian ledakan misterius yang melibatkan pager dan walkie-talkie di Lebanon awal pekan ini, yang menewaskan 37 orang dan melukai sekitar 3.000 lainnya. Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, dalam pidato yang disiarkan di televisi pada Kamis, mengecam ledakan tersebut. "Musuh telah melampaui semua batasan, hukum, dan moral," ujar Nasrallah. Ia menambahkan bahwa serangan itu bisa dianggap sebagai kejahatan perang atau pernyataan perang terbuka.

Israel belum memberikan tanggapan langsung terkait ledakan ini. Namun, menurut sumber keamanan, Mossad—agen mata-mata Israel—kemungkinan terlibat, mengingat sejarah panjang badan tersebut dalam melakukan operasi canggih di luar negeri.

Misi Lebanon untuk PBB mengirim surat kepada Dewan Keamanan pada Kamis, menuduh Israel mendalangi ledakan dengan menggunakan perangkat yang dikendalikan dari jarak jauh melalui pesan elektronik dan bahan peledak yang ditanam di perangkat tersebut. Tuduhan ini sejalan dengan berbagai teori yang telah berkembang sejak insiden terjadi.

Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara akan mengadakan pertemuan pada Jumat untuk membahas situasi ini. Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, meminta Dewan Keamanan untuk mengambil tindakan tegas guna menghentikan apa yang disebutnya sebagai "agresi" dan "perang teknologi" yang dilakukan oleh Israel.

(del)

No more pages