“Semua negara mengalami, termasuk kita. Bahkan negara-negara maju banyak yang masuk ke jurang resesi. Terakhir Inggris sudah masuk ke jurang resesi,” ujar Jokowi, kemarin.
Jokowi kembali mengingatkan bahwa 96 negara saat ini telah menjadi pasien Dana Moneter Internasional (IMF). Untuk itu, Jokowi menekankan pentingnya fokus pada pengelolaan ekonomi, terutama dalam membuka peluang kerja di tengah tantangan besar yang dihadapi.
Menurut Presiden, terdapat tiga tantangan utama yang harus dihadapi Indonesia dan hampir semua negara di dunia. Tantangan pertama adalah perlambatan ekonomi global dimana data Bank Dunia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi global hanya mencapai 2,7 persen pada 2023 dan diperkirakan akan turun menjadi 2,6 persen pada 2024.
“Tahun depan dari world bank muncul angka 2 naik sedikit 2,7, tapi masih jauh dari yang diharapkan oleh semua negara,” ungkap Presiden.
Tantangan kedua yang dihadapi adalah peningkatan otomatisasi di berbagai sektor. Presiden Jokowi menjelaskan bahwa otomatisasi tidak lagi terbatas pada mekanik, melainkan telah meluas dengan munculnya teknologi kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi analitik.
“2025 pekerjaan yang akan hilang itu ada 85 juta. Sebuah jumlah yang tidak kecil. Kita dituntut untuk membuka lapangan kerja, justru di 2025, 85 juta pekerjaan akan hilang karena tadi adanya peningkatan otomasi di berbagai sektor,” ucap Jokowi.
Tantangan ketiga yang disampaikan oleh Presiden adalah tren gig economy atau ekonomi paruh waktu. Presiden Jokowi mengingatkan bahwa tren ini semakin berkembang, di mana perusahaan cenderung lebih memilih pekerja kontrak, freelancer, atau independen untuk mengurangi risiko ketidakpastian global.
“Sehingga sekali lagi kesempatan kerja makin sempit dan makin berkurang,” ucap Presiden.
(ain)