Logo Bloomberg Technoz

Sejumlah saham-saham yang melemah dalam dan menjadi top losers hingga jadi pemberat IHSG di antaranya PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang anjlok 14,4% PT Estika Tata Tiara Tbk (BEEF) yang jatuh 13%, dan PT Tempo Inti Media Tbk (TMPO) yang ambruk 12,4%.

Sementara indeks saham utama Asia lainnya justru kompak menapaki jalur hijau. Pada pukul 10.00 WIB, Nikkei 225 (Tokyo), Topix (Jepang), PSEI (Filipina), Hang Seng (Hong Kong), KOSPI (Korea Selatan), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), TW Weighted Index (Taiwan), dan juga KLCI (Malaysia), yang dengan kenaikan masing-masing mencapai 2,10%, 1,51%, 1,48%, 1,24%, 0,86%, 0,85%, 0,58%, dan 0,33%.

Sementara itu, hanya dua index saham utama yang menemani IHSG di zona merah, yaitu Shanghai Composite (China), Straits Times (Singapura), dan IHSG yang terpangkas masing-masing 0,18%, 0,37%, dan terdalam 1,51%.

Bursa Saham Asia sejatinya tersengat sentimen positif dengan yang terjadi di New York. Dini hari tadi waktu Indonesia, 3 indeks utama di Wall Street finish di zona hijau.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 1,26%. Sedangkan S&P 500 dan Nasdaq Composite terbang dengan kenaikan masing-masing melesat 1,70% dan 2,51%.

Euforia The Fed

Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global. Langkah signifikan Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) dalam memangkas suku bunga acuan kemarin, sebanyak 50 Bps dan tekadnya untuk memperkuat ekonomi memicu kembali harapan akan dapat menghindari resesi.

Tercermin dari data pada Kamis yang menunjukkan penurunan tajam dalam Klaim Tunjangan Pengangguran ke level terendah sejak Mei menandakan pasar tenaga kerja tetap sehat meskipun perekrutan melambat.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Klaim awal turun 12.000 menjadi 219.000 dalam pekan yang 14 September, menurut data Departemen Tenaga Kerja. Periode ini juga sesuai dengan minggu referensi ketika survei dilakukan untuk laporan ketenagakerjaan September.

Klaim lanjutan, proxy untuk jumlah orang yang menerima tunjangan, juga turun pada minggu sebelumnya, ke level terendah dalam tiga bulan.

Data klaim pengangguran AS. (Dok: Bloomberg)

Keputusan Bank Sentral AS untuk memangkas suku bunga acuan sebesar setengah poin persentase mencerminkan niat para pembuat kebijakan untuk mempertahankan apa yang digambarkan oleh Gubernur Federal Reserve Jerome Powell sebagai pasar tenaga kerja yang “Masih solid.”

Senada dengan survei MLIV Pulse, mayoritas peserta mencapai 75% memperkirakan negeri dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut akan mencapai soft landing setelah penurunan suku bunga 50 Bps, mengutip data survei.

“Secara historis, pasar saham telah berkinerja baik dalam periode ketika The Fed menurunkan suku bunga sementara ekonomi AS tidak berada dalam resesi. Kami berharap kali ini tidak terkecuali,” kata Solita Marcelli dari UBS Global Wealth Management.

Menurut Keith Lerner dari Truist Advisory Services Inc, pasar saham merespons positif masa-masa pemangkasan suku bunga acuan di tahun depan jika resesi dapat dihindari. Ia mencatat dalam risetnya, sejak 1989 telah terjadi enam siklus penurunan suku bunga oleh The Fed dan dalam empat dari enam siklus tersebut, saham mengalami kenaikan setahun kemudian.

(fad)

No more pages