Namun investor juga patut waspada, karena indikator Stochastic RSI sudah mencapai 86,96. Sudah di atas 80 yang berarti tergolong jenuh beli (overbought).
Oleh karena itu, waspadai risiko koreksi harga emas. Cermati pivot point di US$ 2.578/troy ons. Sebab apabila tertembus, maka target support di Moving Average (MA) 5 sebesar US$ 2.578/troy ons bisa terkonfirmasi.
Adapun target resisten terdekat adalah US$ 2.604/troy ons. Penembusan di titik ini berpotensi membawa harga emas naik lagi menuju US$ 2.621/troy ons.
Penurunan Fed Funds Rate
Harga emas sepertinya sudah betul-betul merespons hasil rapat bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve. Pada Kamis (19/9/2024) dini hari waktu Indonesia, Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan rekan memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75-5%.
The Fed juga merilis pembacaan atau proyeksi ekonomi terbaru, termasuk arah suku bunga acuan yang dicerminkan dalam dotplot. Sebanyak 10 dari 19 peserta rapat memperkirakan Federal Funds Rate masih bisa turun lagi setidaknya 50 bps hingga akhir tahun.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga bergerak turun.
“Ini bagus untuk emas. Ke depan, isu lain yang akan mendongkrak harga adalah apakah ada kemungkinan resesi sehingga rasa takut akan mendorong orang-orang untuk membeli emas,” kata Will Rhind, Pendiri GraniteShares Advisors, seperti diberitakan Bloomberg News.
(aji)