Buah manis itu tercermin dari data pada Kamis yang menunjukkan penurunan tajam dalam Klaim Tunjangan Pengangguran ke level terendah sejak Mei menandakan pasar tenaga kerja tetap sehat meskipun perekrutan melambat.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Klaim awal turun 12.000 menjadi 219.000 dalam pekan yang 14 September, menurut data Departemen Tenaga Kerja. Periode ini juga sesuai dengan minggu referensi ketika survei dilakukan untuk laporan ketenagakerjaan September.
Klaim lanjutan, proxy untuk jumlah orang yang menerima tunjangan, juga turun pada minggu sebelumnya, ke level terendah dalam tiga bulan.
Keputusan Bank Sentral AS untuk memangkas suku bunga acuan sebesar setengah poin persentase mencerminkan niat para pembuat kebijakan untuk mempertahankan apa yang digambarkan oleh Gubernur Federal Reserve Jerome Powell sebagai pasar tenaga kerja yang “Masih solid.”
Senada dengan survei MLIV Pulse, mayoritas peserta mencapai 75% memperkirakan negeri dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut akan mencapai soft landing setelah penurunan suku bunga 50 Bps, mengutip data survei.
“Secara historis, pasar saham telah berkinerja baik dalam periode ketika The Fed menurunkan suku bunga sementara ekonomi AS tidak berada dalam resesi. Kami berharap kali ini tidak terkecuali,” kata Solita Marcelli dari UBS Global Wealth Management.
Menurut Keith Lerner dari Truist Advisory Services Inc, pasar saham merespons positif masa-masa pemangkasan suku bunga acuan di tahun depan jika resesi dapat dihindari. Ia mencatat dalam risetnya, sejak 1989 telah terjadi enam siklus penurunan suku bunga oleh The Fed dan dalam empat dari enam siklus tersebut, saham mengalami kenaikan setahun kemudian.
Ditambahlagi, The Fed juga merilis pembacaan atau proyeksi ekonomi terbaru, termasuk arah suku bunga acuan yang dicerminkan dalam Dot Plot. Sebanyak 10 dari 19 peserta rapat FOMC memperkirakan Federal Funds Rate masih bisa turun lagi setidaknya 50 Bps hingga tutup tahun.
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, Federal Reserve melalui Federal Open Market Committee (FOMC) menurunkan suku bunga acuan Federal Funds Rate (FFR) sebesar 50 Bps menjadi di kisaran target 4,75% – 5.00%. Ini adalah penurunan suku bunga pertama dalam lebih dari empat tahun.
“Langkah Federal Reserve ini memberi dua manfaat bagi pasar modal. Pertama, melonggarkan rem atas laju roda perekonomian AS yang selama ini melambat karena terbebani oleh suku bunga yang tinggi,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Kemudian, suku bunga yang lebih rendah mengerek harga berbagai instrumen investasi. Selain harga saham, harga emas dan harga obligasi juga sudah reli dalam beberapa bulan ini didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga.
Di tingkat global, langkah berani Federal Reserve dalam memangkas suku bunga dan tekadnya untuk tidak ketinggalan (Behind the Curve) dalam melonggarkan kebijakan moneter telah merubah cakrawala kebijakan bagi Bank Sentral lain di seluruh dunia.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,97% ke 7.905 disertai dengan munculnya volume pembelian.
“Saat ini diperkirakan, posisi IHSG sedang berada di akhir dari wave (v) dari wave [i] atau akhir wave 3 dari wave (3), sehingga penguatannya akan relatif terbatas untuk menguji 7.922-7.958,” papar Herditya dalam risetnya pada Jumat (20/9/2024).
Herditya juga memberikan catatan, worst case, IHSG akan terkoreksi menguji support terdekatnya di 7.775-7.818.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, ARTO, INCO, INDY, dan MAPA.
Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG ditopang oleh euforia pemangkasan suku bunga acuan The Fed dan Bank Indonesia di pekan ini.
“IHSG catat new All-Time High dengan menembus level 7.900 di Kamis (19/9). Volume dan value transaksi yang masih besar mengindikasikan masih adanya akumulasi beli,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi BRPT, BRMS, ULTJ, EXCL, dan TOWR.
(fad)