Kasus DBD yang trennya makin tinggi telah berdampak pada lonjakan beban biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh kas negara. Data terakhir dirilis mencatat, biaya klaim BPJS Kesehatan akibat kasus DBD menembus Rp1,3 triliun tahun lalu, naik 107% dibanding tahun sebelumnya yang 'hanya' sebesar Rp626 miliar.
Derek Wallace, President Global Vaccine Business Unit Takeda Pharmaceuticals, perusahaan farmasi global asal Jepang, dalam diskusi bersama awak media, menilai, Indonesia berada dalam jalur yang tepat dalam mengejar target nol kematian akibat virus dengue pada 2030 dengan komitmen dan upaya yang sudah berjalan sejauh ini.
"Dari sudut pandang global, Indonesia menjadi contoh bagi dunia dalam pencegahan DBD, di mana para pemangku kepentingan dari berbagai sektor bersinergi secara efektif. Kepemimpinan pemerintah dalam mendorong inisiatif manajemen vektor, memperkuat kolaborasi multi-sektor, serta mengadaptasi pencegahan inovatif seperti vaksinasi ke dalam strategi nasional, menunjukkan pendekatan terintegrasi yang memberikan dampak," kata Wallace.
Indonesia telah memiliki panduan Strategi Nasional Penanganan Dengue 2021-2025 yang mendukung peta jalan pemberantasan Neglected Tropical Diseases (NTD) 2020-2030 dari WHO, dengan target nol kematian akibat dengue pada 2030 atau enam tahun lagi.
Enam strategi yang diusung itu antara lain, pertama, penguatan manajemen vektor yang efektif, aman, dan berkesinambungan. Kedua, peningkatan akses dan mutu tata laksana. Ketiga, penguatan surveilans yang komprehensif serta manajemen KLB yang responsif.
Keempat, peningkatan partisipasi masyarakat dan institusi yang berkesinambungan. Kelima, penguatan kebijakan manajemen program, kemitraan, dan komitmen pemerintah. Terakhir. pengembangan kajian, penelitian, dan inovasi.
Dalam level praktis, strategi yang sudah berjalan sejauh ini mencakup gerakan 3M Plus, Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik, serta yang termutakhir adalah pelepasan nyambu ber-Wolbachia.
Kemenkes bersama Kaukus Kesehatan DPR RI, dengan dukungan di antaranya adalah Bio Farma -holding BUMN farmasi- serta PT Takeda Innovative Medicines, World Mosquito Program, juga telah melansir Koalisi Bersama Lawan Dengue.
Pencegahan dengan vaksin
Infeksi virus dengue yang bisa memicu kematian sejauh ini belum ada obat yang spesifik bisa digunakan untuk penyembuhan. Namun, infeksi bisa dicegah dengan langkah preventif dengan menjaga lingkungan tetap bersih dari serbuan gigitan nyamuk, juga dengan memberikan vaksin DBD, menurut Anggraini Alam, Ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
"Gerakan 3M Plus dan vaksinasi adalah langkah penting untuk perlindungan dari ancaman dengue. Untuk mencapai perlindungan optimal, seseorang perlu mendapat dosis vaksin dengue sesuai rekomendasi dokter," kata Anggraini.
Di Indonesia saa ini, ada dua vaksin DBD yang telah mendapatkan izin edar dari BPOM. Yakni, vaksin Dengvaxia, ditujukan bagi mereka yang sudah pernah terinfeksi, khususnya untuk usia 9-16 tahun. Vaksin ini didaftarkan oleh Sanofi Aventis, perusahaan farmasi yang berbasis di Prancis.
Vaksin lainnya adalah Qdenga yang diberikan pada mereka yang belum pernah terinfeksi dengue. Vaksin ini untuk anak-anak maupun dewasa hingga usia 45 tahun. Vaksin ini sudah tersedia di Indonesia sejak 2022, hasil kerjasama Bio Farma dengan Takeda Indonesia. Saat ini, vaksin tersebut masih menunggu persetujuan ITAGI, Indonesia Tecnical Advisory Group on Immunization, agar bisa diterapkan dalam program nasional pemberantasan dengue.
Takeda bersama pemerintah daerah saat ini terlibat dalam program percontohan di tiga kota di Indonesia untuk vaksinasi pencegahan DBD, yaitu di Balikpapan, Samarinda dan Probolinggo.
Di Probolinggo, salah satu kabupaten di Indonesia dengan kasus DBD tertinggi kedua di Jawa Timur, sebanyak 2.309 kasus sampai Agustus lalu, vaksin diberikan pada 1.120 siswa sekolah dasar. Jawa Timur sejauh ini adalah provinsi dengan jumlah kasus DBD terbanyak di Indonesia.
(rui/spt)