Saham-saham properti, dan saham infrastruktur menjadi pendukung laju IHSG dengan kenaikan 2,23% dan 1,24%, disusul oleh menguatnya saham barang baku mencapai 1,05%. Sama halnya, saham-saham keuangan juga berhasil mengalami penguatan 0,94%.
Di samping itu, ada saham-saham yang menguat dan menjadi top gainers di antaranya PT Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF) yang melesat 34,7%, PT Caturkarda Depo Bangunan Tbk (DEPO) melonjak 25,01%, dan PT Alakasa Industrindo Tbk (ALKA) melejit 24,7%.
Sedangkan saham-saham yang melemah dan menjadi top losers antara lain PT Fortune Indonesia Tbk (FORU) yang jatuh 10,01%, PT Singaraja Putra Tbk (SINI) ambruk 9,89%, dan PT Meratus Jasa Prima Tbk (KARW) anjlok 9,88%.
Di sisi yang sama dengan IHSG, Bursa Asia lainnya kompak menguat. NIKKEI 225 (Tokyo), TOPIX (Jepang), Hang Seng (Hong Kong), TW Weighted Index (Taiwan), Shenzhen Comp. (China), SETI (Thailand), Straits Times (Singapura), dan CSI 300 (China), yang berhasil menguat dan menghijau dengan masing-masing 2,13%, 2,01%, 2%, 1,68%, 1,58%, 1,33%, 1,13%, dan 0,79%.
Sama halnya melaju di tren positif, Shanghai Composite (China), PSEI (Filipina), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), KLCI (Malaysia), SENSEX (India), dan juga KOSPI (Korea Selatan), melesat di zona hijau dengan kenaikan masing-masing 0,69%, 0,65%, 0,50%, 0,30%, 0,28%, dan 0,21%.
Dengan demikian, IHSG bergabung dengan Bursa Asia yang kompak menguat sepanjang hari- tak ada satupun Bursa di Asia utama yang melemah.
Sentimen Pasar Global
Pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Sentral paling berpengaruh di dunia, Federal Reserve (The Fed) resmi dilangsungkan pada pertemuan FOMC September, sebuah momen yang amat dinanti-nanti setelah sekian lama.
Pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed sebesar 50 Bps, memberikan sinyal dovish yang kuat di pasar, dan menandai dimulainya era kebijakan moneter longgar setelah empat tahun pengetatan digencarkan, dan berdampak besar terhadap perekonomian di banyak negara, termasuk Indonesia.
Adapun The Fed menurunkan suku bunga acuannya sebesar setengah poin persentase, 50 Bps menjadi 4,75–5%.
Gubernur The Fed Jerome Powell menyatakan, keputusan pemangkasan suku bunga itu mencerminkan keyakinan para pembuat kebijakan yang semakin besar bahwa langkah itu tepat untuk mempertahankan kekuatan pasar tenaga kerja dalam pertumbuhan moderat dan inflasi bisa lanjut bergerak turun ke target 2%.
“Keputusan ini mencerminkan keyakinan kami yang semakin besar bahwa dengan penyesuaian yang tepat terhadap sikap kebijakan kami, kekuatan pasar tenaga kerja dapat dipertahankan dalam konteks pertumbuhan moderat dan inflasi yang bergerak turun secara berkelanjutan ke 2%,” terang Gubernur The Fed Jerome Powell dalam jumpa pers setelah pengumuman.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Komite tersebut “Sangat berkomitmen untuk mendukung lapangan kerja yang maksimal.” di samping mengembalikan inflasi ke tujuannya, kata para pejabat.
Ekonom/ Analis dan juga pasar menilai, pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) makin memperkuat peluang soft landing bagi perekonomian, menurut survei pelanggan Bloomberg Terminal.
Mayoritas yang sangat besar memperkirakan soft landing bagi Ekonomi AS, dengan 75% memperkirakan bahwa perekonomian akan terhindar dari resesi teknis pada tahun depan.
Menariknya, responden survei cenderung mendukung penilaian Powell tentang Ekonomi yang sehat, dengan 49% dari mereka mengatakan langkah terbaik saat ini adalah menambah kepemilikan saham.
Sentimen IHSG dari Dalam Negeri
Dari dalam negeri, Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi September 2024, memutuskan untuk memangkas BI Rate.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 17–18 September 2024 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6%, suku bunga Deposit Facility menjadi sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility menjadi sebesar 6,75%.
“The time is right dan besarannya 25 basis poin,” tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, BI akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga kebijakan sesuai dengan perkiraan inflasi yang tetap rendah, nilai tukar rupiah yang stabil dan cenderung menguat. Untuk RDG bulan depan, Perry menegaskan Bank Sentral akan menakar lagi dengan data yang baru.
“Kini, Bank Sentral bisa lebih fokus pada situasi ekonomi domestik dalam meramu kebijakan moneter,” terang Khoon Go, Head of Asia Research di ANZ Banking Group.
Gubernur BI dalam pengumuman kebijakan suku bunga acuan pada siang kemarin, menyatakan, BI kini bisa lebih menyeimbangkan kebijakan moneter yang selama ini lebih condong untuk menjaga stabilitas moneter. “Sebelumnya (Kebijakan) lebih pro stabilitas (Rupiah). Sekarang sudah seimbang antara stabilitas dan pertumbuhan (Ekonomi),” jelas Perry.
(fad)