"Saya menyerukan kepada Anda untuk menolak standar ganda, memperlakukan rakyat saya dengan rasa hormat yang layak, dan mengakui hak-hak yang menjadi hak mereka," ujar Duta Besar Palestina, Riyad Mansour, kepada Sidang Majelis Umum sebelum pemungutan suara.
Perang di Gaza telah menempatkan konflik Israel-Palestina sebagai pusat perhatian di PBB, yang semakin memperkeruh hubungan organisasi ini dengan Israel, yang telah lama mengeluh bahwa mereka diperlakukan secara tidak adil oleh badan dunia tersebut.
Pada Mei, Majelis Umum PBB memilih untuk menjadikan Palestina sebagai anggota penuh, menentang seruan AS untuk menolak mosi tersebut.
"Beraninya Anda meneruskan tradisi meloloskan resolusi sepihak terhadap Israel, bahkan tanpa berhenti sejenak untuk mempertimbangkan apa yang telah dialami oleh rakyat Israel?" Duta Besar Israel Danny Danon mengatakan sebelum pemungutan suara.
Perang di Gaza dimulai ketika Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik sekitar 200 lainnya. Kampanye pembalasan Israel telah menewaskan sekitar 41.000 warga Palestina, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas, yang tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan.
Israel merebut Jalur Gaza dari kekuasaan Mesir dan Tepi Barat dari kekuasaan Yordania dalam Perang Enam Hari pada Juni 1967.
Yerusalem Timur juga direbut dari Yordania pada saat itu dan sejak saat itu dianggap sebagai wilayah yang diduduki Palestina dan sebagian besar masyarakat internasional.
Israel menganggap Tepi Barat sebagai benteng keamanan dan membantah konsensus internasional yang menyatakan bahwa pemukiman di sana ilegal.
(bbn)