Logo Bloomberg Technoz

Permintaan Baterai Nikel Meningkat di China, RI Belum Bisa Untung

Dovana Hasiana
19 September 2024 14:20

Pabrik baterai kendaraan listrik./Bloomberg-Krisztian Bocsi
Pabrik baterai kendaraan listrik./Bloomberg-Krisztian Bocsi

Bloomberg Technoz, Jakarta Indonesia dinilai tidak bisa serta-merta mendapatkan keuntungan di tengah kenaikan permintaan terhadap baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) berbasis nikel di China.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa melandasi argumentasi tersebut pada dua hal.

Pertama, pangsa pasar (share) baterai lithium ferro-phosphate (LFP) di China masih lebih dominan dibandingkan dengan nickel manganese cobalt (NMC).

“Kalau Indonesia itu dengan peningkatan penggunaan baterai [nikel] di China itu kan sebagian besar baterainya menggunakan LFP, yang tidak mengandung nikel. Jadi buat Indonesia peningkatan permintaan di China tidak terlalu banyak langsung berdampak pada kita,” ujar Fabby kepada Bloomberg Technoz, Kamis (19/9/2024).

Ilustrasi baterai LFP. (Unsplash/Kumpan Electric)

Sekadar catatan, berdasarkan laporan International Energy Agency (IEA) bertajuk Trends in Electric Vehicle Batteries, LFP adalah kimia yang paling umum di pasar mobil listrik China, sementara baterai NMC lebih umum di pasar EV Eropa dan Amerika Serikat (AS).