Bloomberg Technoz, Jakarta - Aset kripto Bitcoin mencatatkan kenaikan 2,8% pada Kamis (19/9/2024) siang dan telah menembus US$62.000. Faktor pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) jadi mencetus, meski peluang kenaikan bisa lebih tinggi lagi.
Bitcoin rebound usai keputusan FOMC terkait policy rate ke kisaran US$62.028 hingga pukul 12.40 waktu Indonesia. Kenaikan bahkan mencapai 6,7% dibandingkan capaian minggu sebelumnya.
Aset kripto Ethereum juga tumbuh 3,9% dalam 24 jam terakhir ke level US$2.413, dan sebagian altcoin juga mencatatkan kinerja positif. Solana naik 5,8% ke US$138,5, Toncoin (+4,3%) ke US$5,7, Avalanche (+8,6%) ke US$25,7, Cardano (+3,9%) ke US$0,34. Sementara Polkadot (+2,1%) ke US$4,22, dan Litecoin (+1,9%) ke US$65, dikutip dari CoinGecko.
Menurut Caroline Mauron, salah satu pendiri Orbit Markets, penyedia likuiditas untuk perdagangan derivatif aset digital, pengumuman bunga acuan oleh Gubernur Fed Jerome Powell, menjadi berita yang bagus untuk sebuah aset berisiko seperti Bitcoin.
“Pasar membutuhkan beberapa jam untuk melihat gambaran besarnya dan mulai merefleksikan prospek yang membaik,” jelas dia, dilansir BloombergNews, Kamis (19/9/2024).
Powell ingin memastikan soft landing - sebuah situasi di mana inflasi tinggi bisa ditaklukkan tanpa memicu resesi perekonomian akibat tekanan yang dihadapi pasar tenaga kerja - terjadi.
Ke depan pemangkasan bunga lanjutan dipastikan dilakukan secara hati-hati, sambil memantau perkembangan ekonomi, data inflasi, angka tenaga kerja, menjadi lebih seimbang.
Keputusan Fed setelah menahan tingkat bunga sejak masa pandemi bertujuan menciptakan pertumbuhan ekonomi.
Pernyataan Powell juga mencerminkan keyakinan para pembuat kebijakan yang semakin besar bahwa langkah itu tepat untuk mempertahankan kekuatan pasar tenaga kerja dalam pertumbuhan moderat dan inflasi bisa lanjut bergerak turun ke target 2%.
Pemangkasan yang telah diperkiraan sebelumnya juga memengaruhi arah kebijakan ekonomi negara-negara lain di seluruh dunia. Seperti di Eropa akan muncul sedikit ketenangan efek Powell, sekaligus sebagai cermin ekonomi AS masih stabil.
Bagi negara-negara berkembang, pemotongan suku bunga sebesar setengah poin persentase oleh The Fed meringankan tekanan pada nilai tukar yang telah terkena dampak dari suku bunga tinggi di AS selama beberapa dekade.
Hal ini memberi ruang bagi negara-negara tersebut untuk menyesuaikan suku bunga mereka, seperti yang dilakukan Indonesia dengan pemotongan mengejutkan sebelum The Fed bertindak.
Bank Indonesia (BI) delapan jam sebelumnya memutuskan pemangkasan bunga lebih cepat, Rabu (18/9/2024) siang.
(wep)