Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, mengatakan pada Rabu bahwa insiden tersebut sedang dalam penyelidikan dan menolak berkomentar mengenai motif pelaku, yang telah ditangkap. Pemerintah Jepang secara resmi memprotes serangan tersebut, dan duta besar China dipanggil di Tokyo pada Rabu sore, menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Jepang.
Media resmi di China sebagian besar memuat pernyataan singkat dari Lin tentang kasus ini, dengan sedikit detail. Laporan tentang kasus penusukan oleh beberapa outlet, termasuk Caixin dan ifeng.com, telah disensor pada Kamis pagi.
Juru bicara utama pemerintah Jepang, Yoshimasa Hayashi, menahan diri untuk tidak mengomentari dampak insiden ini terhadap hubungan kedua negara pada Kamis. Namun, dia sependapat dengan pernyataan Menteri Luar Negeri Kamikawa dengan mengutuk "tindakan tercela menyerang anak-anak."
Insiden ini menambah serangkaian serangan terhadap orang asing di China dalam beberapa bulan terakhir, dan setidaknya merupakan yang kedua yang menargetkan warga negara Jepang di China. Pada bulan Juni, seorang wanita Jepang dan anaknya diserang dengan pisau di kota Suzhou di timur China. Seorang petugas bus hCina tewas dalam insiden tersebut.
Pemerintah Jepang masih menunggu pihak berwenang di Suzhou untuk memberikan penjelasan rinci tentang serangan itu, dengan konsulat di Shanghai yang berdekatan mengatakan bahwa mereka terus meminta informasi dari kota tersebut.
Kematian anak tersebut pada Kamis kemungkinan akan semakin merusak hubungan antara kedua negara tetangga ini, yang telah tegang karena dendam sejarah, perselisihan teritorial yang sedang berlangsung, reaksi China terhadap pembuangan air limbah dari pembangkit nuklir yang hancur di Jepang, dan isu-isu lainnya. Rabu (18/09/2024) menandai peringatan Insiden Mukden 1931, yang merupakan awal dari invasi Jepang ke Manchuria.
Perusahaan-perusahaan Jepang sudah menjadi lebih ragu mengenai pasar China, dengan perlambatan ekonomi yang menambah ketegangan dalam hubungan geopolitik. Kekhawatiran yang meningkat tentang keselamatan pribadi hanya akan memperburuk situasi tersebut.
Jumlah orang Jepang yang tinggal di China telah menurun dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2022, tahun terakhir di mana data tersedia, sekitar 102.000 warga Jepang tercatat tinggal di China menurut statistik resmi. Angka ini turun sepertiga dari puncaknya pada 2012.
Pada 2022, perbatasan China masih ditutup, yang menyebabkan penurunan jumlah orang asing yang tinggal di negara tersebut. Setelah dibukanya kembali pada 2023, ada peningkatan orang asing yang bepergian dan tinggal di negara tersebut. Namun, kekhawatiran tentang keselamatan pribadi mungkin akan memengaruhi tren tersebut.
(bbn)