Logo Bloomberg Technoz

Tupperware Brands Corporation merupakan perusahaan multinasional yang berbasis di Amerika Serikat (AS), yang didirikan oleh ahli kimia Earl S. Tupper pada 1946, di Massachusetts,  menciptakan produk wadah penyimpanan plastik dengan segel kedap udara.

Earl Tupper mendapatkan inspirasi membuat produk Tupperware ketika membuat cetakan di pabrik plastik tak lama setelah era Great Depresion.

Dia mendesain segel kedap udara untuk wadah penyimpanan plastik, seperti yang ada pada kaleng cat, untuk membantu keluarga yang mengalami kerugian akibat perang untuk menghemat uang dari limbah makanan yang mahal.

Wadah khasnya ini, yang masih dijual hingga hari ini sebagai Wonderlier Bowl, membantu menciptakan kategori penyimpanan makanan yang kita kenal saat ini. Temuannya ini merevolusi cara dunia menyimpan, menyajikan, dan menyiapkan makanan.

Produk Tupperware (Dok. Tupperware)

Pandemi dan Lonjakan Penjualan

Menariknya pada 2020 terjadi lonjakan penjualan Tupperware di Amerika Serikat. Mengutip dari Stock of the Hour, Bloomberg TV, disebutkan bahwa Tupperware sukses memanfaatkan situasi pandemi dengan baik.

Pasalnya saat itu, banyak orang yang mencari cara untuk menambah penghasilan melalui pemasaran berjenjang, yang merupakan salah satu model bisnis Tupperware. Tak pelak, penjualan melonjak karena konsumen mengandalkan produk penyimpanan makanan ini untuk kebutuhan sehari-hari.

Pada masa kejayaannya saat pandemi 2020, Tupperware bahkan sampai melakukan pembiayaan kembali secara besar-besaran, yang saat itu tampak sebagai keputusan cerdas. 

Produk Tupperware (Dok. Tupperware)

Krisis Utang dan Tantangan Keuangan

Namun, saat ini, Tupperware terbebani oleh utang dengan suku bunga mengambang yang tinggi. Suku bunga Negeri Paman Sam yang kala itu mengalami keadaan fluktuatif, juga kian menambah tekanan finansial dan membuat Tupperware kesulitan memenuhi kewajiban pembayaran utangnya.

Seiring dengan keadaan dunia yang telah berubah menjadi new normal, permintaan untuk produk Tupperware juga mengalami penurunan permintaan dan perusahaan mengalami lebih banyak melakukan aksi pengeluaran dibandingkan pendapatan. Ditambah hal ini kian diperparah di rantai pasokan mereka.

Selain penurunan penjualan, Tupperware juga menghadapi krisis keuangan yang serius. 

Tupperware bahkan telah menyewa penasihat keuangan untuk mencari solusi, seperti penggalangan dana tambahan, guna memperbaiki struktur permodalan dan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk bertahan. Meskipun tidak ada utang besar yang jatuh tempo hingga 2025, Tupperware berupaya keras mencari solusi jangka pendek agar bisa melunasi kewajiban lebih cepat.

Perusahaan yang terdaftar di bursa saham (AS) ini mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11, dengan mencatat aset senilai antara US$500 juta hingga US$1 miliar, sementara kewajiban perusahaan diperkirakan mencapai US$1 miliar hingga US$10 miliar.

Dalam pernyataan resminya, Tupperware mengungkapkan akan terus beroperasi selama proses kebangkrutan sambil mencari persetujuan pengadilan untuk memfasilitasi penjualan bisnis.

(prc/wdh)

No more pages