Sementara di pasar surat utang, pergerakan harga obligasi bervariasi. Data realtime Bloomberg menunjukkan, yield INDOGB-2Y turun 2,6 bps ke level 6,31%. Begitu pun tenor 5Y yang terpangkas 1,3 bps ke level 6,34%. Sementara tenor acuan 10Y beringsut turun sedikit 0,9 bps ke 6,51%.
Bagaimana dengan pasar valuta? Rupiah yang dibuka stabil di awal perdagangan, semakin menunjukkan keperkasaan. Pada pukul 10:20 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menyentuh level Rp15.273/US$, terkuat sejak September 2023.
Penguatan rupiah di pasar spot menjadi minoritas ketika sebagian besar valuta Asia masih tertekan oleh dolar AS yang bangkit ke kisaran 101,13 jelang siang ini, setelah semalam ditutup lemah.
Rupiah menguat bersama rupee 0,16%, juga dolar Taiwan 0,02% serta yuan offshore 0,05%. Penguatan rupiah menjadi yang terbesar di Asia sejauh ini.
Dimulainya era baru
Pemangkasan bunga acuan oleh The Fed sebesar 50 bps, melontar sinyal dovish yang kuat pada pasar, dan menandai secara resmi dimulainya era kebijakan moneter longgar setelah empat tahun terakhir pengetatan dilangsungkan di negeri itu, dan berdampak besar terhadap perekonomian di banyak negara, tak terkecuali Indonesia.
Dalam taklimat media dini hari tadi, Gubernur The Fed Jerome Powell menyatakan, keputusan penurunan suku bunga itu mencerminkan keyakinan para pembuat kebijakan yang semakin besar bahwa langkah itu tepat untuk mempertahankan kekuatan pasar tenaga kerja dalam pertumbuhan moderat dan inflasi bisa lanjut bergerak turun ke target 2%.
The Fed telah menaikkan bunga acuan 11 kali sejak Maret 2022 hingga terakhir pada Juli tahun lalu, sebanyak 525 bps, demi menjinakkan inflasi AS pascapandemi yang melesat tajam akibat gangguan rantai pasok dan pecah perang di Eropa. Pengetatan moneter yang agresif itu berhasil membawa inflasi turun dari level tertinggi, sempat menyentuh 9,1% pada Juni 2022, ke level 2,5% pada Agustus lalu.
Langkah The Fed itu menjadi konfirmasi tak terbantah bahwa pertaruhan Bank Indonesia (BI) memangkas BI Rate kemarin sudah tepat. BI mendahului The Fed dengan memulai pemangkasan bunga acuan, pertama kali sejak 2021, di mana putusan itu hanya berselang 12 jam sebelum The Fed.
BI Rate dipangkas 25 bps menjadi 6%, diyakini menjadi awal dari dimulainya kebijakan moneter longgar yang dibutuhkan ketika perekonomian domestik sudah memperlihatkan gejala kelesuan nan mengkhawatirkan.
Langkah itu dinilai lebih sebagai jurus preventif BI mempertahankan ekspansi ekonomi.
"Mirip dengan The Fed, langkah BI memangkas bunga tampaknya lebih sebagai langkah preventif mempertahankan ekspansi ekonomi, bukan reaktif melawan perlambatan tajam atau resesi yang akan segera terjadi," kata tim analis Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro dan Lintang, dalam catatannya pagi ini.
BI Rate terakhir dipangkas ketika pertumbuhan kredit RI sudah ambles -0,8%. Sementara kali ini, BI Rate digunting di kala kredit bank masih tumbuh double digit di 11,4% per Agustus.
"Penurunan BI Rate yang preventif ini akan berdampak positif bagi pertumbuhan aset khususnya perbankan dan saham di Indonesia," jelas Satria.
BI diperkirakan akan melanjutkan penurunan bunga acuan pada Oktober, apabila nilai tukar rupiah masih bertahan menguat di bawah Rp15.000/US$.
(rui)