Logo Bloomberg Technoz

“Gangguan akibat La Niña diproyeksikan terjadi pada November 2024 sampai Februari 2025. Otomatis pengaruhnya kepada produksi tambang akan terjadi pada bulan-bulan tersebut,” ujar Rizal saat dihubungi Bloomberg Technoz.

Dengan demikian, terdapat sejumlah persiapan yang dilakukan oleh perusahaan tambang di Indonesia, mulai dari PT Bukit Asam (PTBA) hingga Emiten pertambangan Grup Astra, PT United Tractors Tbk (UNTR).

Berikut perinciannya: 

Aktivitas pengangkutan batu bara PT Bukit Asam di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. (Dok Dadang Tri/Bloomberg)

1. PTBA

Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam (Persero) Tbk atau PTBA Niko Chandra mengatakan perseroan sebelumnya telah memperhitungkan ancaman dan dampak dari fenomena cuaca La Niña. Perhitungan itu menjadikan perseroan memiliki langkah mitigasi untuk membuat kinerja operasional tak terdampak.

Dengan demikian, PTBA tetap menjaga proyeksi kinerja produksi batu bara sepanjang tahun ini, meski dibayangi fenomena iklim La Niña.

"Perusahaan juga memiliki stok batu bara yang memadai untuk menjamin pasokan ke pasar dan mengantisipasi seandainya produksi terkendala cuaca," ujar Niko.

Sepanjang tahun ini, PTBA menargetkan produksi batu bara sebesar 41,3 juta ton, penjualan 43,1 juta ton, serta angkutan 33,7 juta ton.

Hingga semester I-2024, kata Niko, produksi batu bara tercatat mencapai 18,76 juta ton, atau 107% dari target rencana produksi hingga pertengahan tahun ini. Kontribusi terbesar berasal dari unit tambang Tanjung Enim, yakni sebanyak 18,19 juta ton.

Dok. Adaro

2. ADRO 

PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mengatakan perseroan bakal menerapkan langkah mitigasi untuk menghadapi kondisi cuaca buruk, seperti memperkuat rantai pasokan.

Selain itu, ADRO juga akan tetap fokus untuk mengontrol operasional untuk memastikan pencapaian target perusahaan dan efisiensi biaya. Terlebih, kata Febrianti, keunggulan operasional dan efisiensi biaya merupakan hal-hal yang menjadi perhatian perseroan.

Senada dengan PTBA, ADRO memastikan perseroan masih mengacu pada target penjualan batu bara untuk 2024, terlepas dari adanya ancaman fenomena cuaca La Niña pada akhir tahun ini.

Head of Corporate Communication ADRO Febrianti Nadira mengatakan perseroan mematok target volume penjualan batu bara sebanyak 65 juta ton hingga 67 ton pada 2024.

“[Itu] meliputi 61 juta ton hingga 62 juta ton batu bara termal, dan 4,9 juta ton hingga 5,4 juta ton batu bara metalurgi dari PT Adaro Minerals Indonesia Tbk [ADMR],” ujar Febrianti kepada Bloomberg Technoz.

Hingga semester I-2024, volume produksi PT Adaro Energy Indonesia Tbk dan perusahaan-perusahaan anaknya (Grup Adaro) mencapai 35,74 juta ton, naik  7% dari periode yang sama tahun lalu. Adapun, volume penjualan periode ini mencapai 34,94 juta ton atau naik 7% dari periode yang sama tahun lalu.

Pengangkutan tanah oleh excavator ke truk di Sorowako milik PT Vale Indonesia. (Dok Dimas Ardian/Bloomberg)

3. INCO 

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengatakan telah memiliki langkah antisipasi untuk memitigasi risiko cuaca ekstrem, termasuk La Niña, yakni dengan membuka dan menutup spillway terkait dengan keamanan bendungan di lingkungan pertambangannya.

Head of Corporate Communications INCO Vanda Kusumaningrum mengatakan perseroan memiliki prosedur untuk membuka dan menutup spillway terkait dengan keamanan bendungan untuk mencegah terjadinya kondisi air melewati tubuh bendungan atau overtopping, yang menyebabkan bendungan dapat mengalami kerusakan.

Selain itu, perseroan juga memiliki perjanjian dengan pemerintah lokal dan masyarakat untuk mengatur penutupan dan pembukaan spillway Waduk Batu Besi terkait dengan kenaikan elevasi muka air Danau Towuti.

“Pengaturan tersebut juga tetap memperhatikan kondisi di area hilir pada saat pembukaan pintu spillway di bendungan,” ujar Vanda kepada Bloomberg Technoz.

Selain itu, Vanda mengatakan, perseroan telah memiliki dokumen Rencana Tindak Darurat dan sudah melakukan simulasi pada 2019—2020 untuk melakukan evakuasi masyarakat yang terdampak di area hilir, jika terjadi banjir atau gempa bumi yang menyebabkan bendungan mengalami kerusakan.

Vanda mengatakan, perseroan juga memantau perkembangan cuaca melalui sistem pemantauan cuaca dan bekerja sama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk mendapatkan informasi yang akurat dan terkini.

Truk angkut mengangkut bijih dari tambang terbuka di kompleks tambang tembaga dan emas Grasberg milik Freeport di Papua. (Dadang Tri/Bloomberg)

4. Freeport 

PT Freeport Indonesia (PTFI) mengatakan telah memiliki persiapan untuk menghadapi fenomena iklim La Niña, salah satunya dengan sistem aliran sungai dan pipa.

Direktur PTFI Tony Wenas memastikan PTFI sudah memiliki sistem yang bisa mengakomodasi dan mengantisipasi curah hujan yang tinggi pada musim La Niña, yang diproyeksi dimulai pada akhir tahun ini.

Hal ini terjadi karena tambang PTFI di Tembagapura selama ini memang sudah dihadapi dengan curah hujan yang tinggi.

“Di Tembagapura itu kan curah hujannya kira-kira di wilayah kerja kita sekitar 12.000 milimeter ya jadi memang walaupun tidak ada La Niña curah hujannya sudah tinggi sekali. Salah satu yang tertinggi di dunia,” ujar Tony saat ditemui di Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Dengan demikian, sistem tersebut sudah mampu untuk menghadapi curah hujan yang tinggi, karena selama ini curah hujan dan faktor alam menjadi salah satu tantangan perseroan.

Sekadar catatan, kawasan tambang PTFI sebelumnya pernah tergenang banjir, sebagian lainnya dilaporkan longsor pada Februari 2023. 

PT United Tractors Tbk Jakarta, Indonesia (Photographer: Dimas Ardian/Bloomberg News)

5. UNTR

PT United Tractors Tbk (UNTR) menyatakan telah melakukan sejumlah upaya pencegahan ihwal potensi fenomena iklim La Niña, yang bisa menghambat produksi tambang hingga akhir tahun ini.

Sekretaris Perusahaan UNTR Sara K. Loebis mengatakan, upaya tersebut dengan melakukan perhitungan potensi musim hujan, yang siklusnya memang kerap dihadapi perseroan secara tahunan.

"Kami sudah banyak belajar melakukan engineering tambang. Salah satunya jalan yang digunakan di lokasi, itu kami sebut all weather load. Jadi jalan yang tetap berfungsi baik dalam cuaca apapun," ujar Sara disela acara Astra Media Day 2024, Rabu (18/9/2024).

Di sisi lain, Sara mengatakan bahwa fenomena iklim La Nina yang memungkinkan curah hujan tinggi juga dapat berdampak positif bagi kinerja penjualan batu bara UNTR.

Itu dikarenakan lantaran lokasi tambang UNTR, yang seluruhnya berada di Kalimantan, yang mayoritas hauling road  berada di bantaran sungai sepanjang 400 kilometer (km).

"Kalau cuaca kering, kadang-kadang sungai ini terlalu cetek jadi tongkangnya tidak bisa lewat. Maka kalau hujan, sebetulnya kami syukuri karena sungainya lancar untuk dilewati," tutur dia.

Adapun, hingga Juli 2024, UNTR telah mencatat produksi batu bara mencapai 83,7 juta ton, atau naik 18% secara tahunan. UNTR mematok target produksi hingga akhir tahun mencapai 144 juta ton.

Sementara itu, total penjualan batu bara tercatat mencapai 8,5 juta ton, yang mencerminkan kenaikan 17% secara tahunan. UNTR menargetkan penjualan sepanjang tahun ini sebesar 12,9 juta ton.

(dov/wdh)

No more pages