"Perkembangan ini mendorong prospek penurunan Fed Funds Rate yang lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan semula," tegas Perry.
BI, tambah Perry, memperkirakan The Fed bisa menurunkan suku bunga acuan 3 kali pada tahun ini, masing-masing 25 bps. Jadi sampai akhir tahun ini, The Fed bisa menurunkan Federal Funds Rate sebanyak 75 bps.
“Perkiraan kami dengan data terbaru, asesmen terbaru. Kemungkinan-kemungkinan turunnya September, November, dan Desember tahun ini masing-masing 25 bps dengan probabilitas September itu besar,” kata Perry.
Dengan demikian, menurut Perry, perkembangan ini akan mendukung kebijakan ekonomi negara berkembang untuk tujuan ekonomi domestik. Terutama dalam menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi di negara masing-masing.
"Berbagai perkembangan ini mendorong semakin meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dan meningkatkan aliran masuk modal asing ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Ke depan, kejelasan arah penurunan suku bunga negara maju, khususnya Amerika Serikat, diperkirakan akan semakin mendorong aliran masuk modal asing dan memperkuat stabilitas eksternal negara-negara berkembang, tentu saja termasuk Indonesia," terang Perry.
Ketidakpastian yang memudar itu kemudian membuat BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan. Kemarin, BI memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6%.
Ke depan, MH Thamrin pun membuka ruang untuk kembali menurunkan suku bunga acuan. Indikatornya, sepanjang tekanan inflasi masih ‘jinak’, nilai tukar rupiah stabil cenderung menguat, dan pertumbuhan ekonomi membutuhkan dorongan.
"Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati ruang penurunan suku bunga kebijakan sesuai dengan perkiraan inflasi yang tetap rendah, nilai tukar rupiah yang stabil dan cenderung menguat, dan penurunan ekonomi yang perlu terus didorong agar lebih tinggi," tegas Perry.
BI Rate Bisa Turun Lagi?
Sementara itu, Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro menyatakan, nada (tone) The Fed yang dovish memang membuka ruang bagi BI untuk kembali menurunkan suku bunga acuan bulan depan.
“Kami rasa BI punya ruang untuk kembali menurunkan suku bunga acuan pada Oktober. Mengingat nilai tukar rupiah menguat di bawah Rp 15.000/US$,” tulis Satria dalam risetnya.
Saat pelonggaran moneter resmi dimulai, lanjut Satria, maka pasar keuangan akan merasakan dampak positif. Arus modal asing akan kembali menyerbu pasar negara-negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia.
“Kami memperkirakan arus modal asing akan masuk ke ASEAN dan Indonesia seiring memanfaatkan momentum. Indonesia menjadi tujuan paling tepat karena pertumbuhan ekonomi yang kuat, permintaan kredit yang tinggi, dan pelonggaran moneter yang lebih dulu dibandingkan The Fed,” papar Satria.
Menurut Satria, investor patut mencermati sejumlah saham yang berpotensi mengalami reli. Di antaranya adalah BMRI, AMRT, GOTO, ARTO, dan BRIS.
(aji)