Logo Bloomberg Technoz

Pemotongan suku bunga oleh The Fed pada Rabu (18/09/2024) juga memberikan sinyal bahwa mereka tidak ingin tertinggal dalam mengikuti perubahan ekonomi global. Investor awalnya merespons dengan optimisme, meskipun pasar saham AS ditutup dengan penurunan moderat.

“Pemotongan suku bunga The Fed akan mempengaruhi keputusan bank sentral lainnya dan membuat pelaku pasar menyimpulkan bahwa ekonomi AS melambat, yang dapat berdampak pada perlambatan ekonomi global,” kata Stefan Gerlach, kepala ekonom EFG Bank di Zurich dan mantan wakil gubernur bank sentral Irlandia.

Bank Sentral Eropa (ECB) mungkin akan tergoda untuk mempertimbangkan pemotongan suku bunga lagi bulan depan, meskipun mereka telah berusaha keras untuk menghindarinya. Para pembuat kebijakan di Eropa, yang dipimpin oleh Gubernur Christine Lagarde, menegaskan bahwa keputusan mereka didasarkan pada data ekonomi, bukan karena mengikuti langkah The Fed.

Grafik inflasi zona Euro. (Sumber: Bloomberg)

Namun, mereka juga mengakui bahwa kebijakan moneter AS memiliki dampak besar bagi zona euro. Menurut sumber, ECB belum menutup kemungkinan untuk menurunkan suku bunga pada bulan Oktober, meskipun langkah itu dianggap tidak terlalu mungkin.

ECB dan The Fed akan memiliki pandangan yang sama tentang total pemotongan suku bunga tahun ini jika ECB bertindak pada bulan Oktober dan Desember. Para pejabat AS memperkirakan suku bunga akan turun hingga 100 basis poin pada akhir tahun.

Studi terbaru dari Institute of International Finance menunjukkan bahwa perubahan suku bunga AS menjadi faktor penting dalam keputusan kebijakan di Eropa sejak 2021.

"Bahkan jika ECB membuat keputusan secara independen dari The Fed, perbedaan suku bunga sehubungan dengan The Fed mungkin memiliki dampak ekonomo riil di kawasan euro dan, demikian, harus diperhitungkan," kata Marcello Estevao, kepala ekonom IIF. Jika tidak, mereka akan menanggung risiko apresiasi euro, penurunan ekspor, ekonomi yang lebih lemah, dan guncangan deflasi.

Rangkuman Global

Di pasar negara berkembang, beberapa bank sentral, termasuk negara-negara di Teluk Persia yang mengaitkan mata uang mereka dengan dolar AS, telah mengikuti langkah The Fed dengan menurunkan suku bunga sebesar setengah poin. Otoritas Moneter Hong Kong juga melakukan hal yang sama.

Pada Kamis, bank sentral Inggris atau Bank of England (BOE) diperkirakan tidak akan mengubah kebijakan suku bunganya. Sementara Bank Sentral Afrika Selatan diperkirakan akan menurunkan suku bunganya sebesar seperempat poin.

Reaksi di negara berkembang dengan mata uang yang lebih fleksibel tidak begitu jelas. Meskipun beberapa dari mereka biasanya mengikuti langkah The Fed di masa lalu, siklus saat ini menunjukkan bahwa bank sentral AS tidak selalu menjadi acuan utama, menurut Bloomberg Economics.

“Hubungan yang terputus ini mendukung pandangan kami bahwa negara-negara berkembang, secara keseluruhan, akan memangkas suku bunga lebih sedikit dibandingkan The Fed dalam di tahun mendatang,” kata Adriana Dupita dan Alex Isakov dari Bloomberg Economics dalam sebuah laporan.

Para pejabat Bank Indonesia maju dengan pemangkasan seperempat poin pada Rabu (18/09/2024). Suku bunga yang lebih rendah di AS membebaskan ruang bagi para penentu suku bunga dari Seoul hingga Mumbai untuk ikut bergerak, meskipun pertimbangan lain seperti stabilitas keuangan juga ikut berperan.

Peta kebijakan suku bunga di Asia. (Sumber: Bloomberg)

Di Jepang, di mana bank sentral baru saja memulai kebijakan pengetatan, keputusan The Fed mungkin akan berdampak pada langkah kebijakan selanjutnya.

Bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ) diperkirakan tidak akan mengubah suku bunganya pada Jumat. Namun perkiraan terbaru di bulan Oktober bisa mengungkap tren kenaikan upah dan harga yang lebih panas, memicu kemungkinan kenaikan suku bunga di masa depan sebesar seperempat poin, kata Taro Kimura, ekonomi senior dari Bloomberg Economics Jepang.

Kecuali keputusan The Fed dilihat sebagai peringatan bahwa ada masalah ekonomi global yang lebih serius ke depannya.

(bbn)

No more pages