Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global, dan dalam negeri. Dini hari tadi, Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menurunkan suku bunga acuannya sebesar setengah poin persentase, 50 Bps. Hal ini merupakan sebuah langkah agresif untuk memulai perubahan kebijakan yang bertujuan memperkuat Ekonomi dan juga pasar tenaga kerja AS.
Ini adalah pemotongan suku bunga pertama The Fed dalam lebih dari empat tahun.
“Keputusan ini mencerminkan keyakinan kami yang semakin besar bahwa dengan penyesuaian yang tepat terhadap sikap kebijakan kami, kekuatan pasar tenaga kerja dapat dipertahankan dalam konteks pertumbuhan moderat dan inflasi yang bergerak turun secara berkelanjutan ke 2%,” terang Gubernur The Fed Jerome Powell dalam jumpa pers setelah pengumuman.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Komite tersebut “Sangat berkomitmen untuk mendukung lapangan kerja yang maksimal.” di samping mengembalikan inflasi ke tujuannya, kata para pejabat.
Dalam pernyataannya, komite mengatakan, mereka telah memperoleh keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju target 2%.
“Powell menegaskan bahwa keputusan hari ini bukanlah pemotongan suku bunga krisis, tetapi sebaliknya, normalisasi kebijakan moneter dari tingkat yang sangat ketat,” kata Kristina Hooper di Invesco.
Pasar sekarang memperkirakan pemotongan suku bunga Federal Funds Rate (FFR) sebesar 70 Bps lainnya pada dua pertemuan The Fed yang tersisa tahun ini, mencerminkan sikap yang jauh lebih agresif daripada pembuat kebijakan.
Ekonom/ Analis dan juga pasar menilai, pemangkasan suku bunga agresif oleh Federal Reserve (The Fed) makin memperkuat peluang soft landing bagi perekonomian, menurut survei pelanggan Bloomberg Terminal.
Mayoritas yang sangat besar memperkirakan soft landing bagi Ekonomi AS, dengan 75% memperkirakan bahwa perekonomian akan terhindar dari resesi teknis pada akhir tahun depan.
Menariknya, responden survei cenderung mendukung penilaian Powell tentang Ekonomi yang sehat, dengan 49% dari mereka mengatakan langkah terbaik saat ini adalah menambah kepemilikan saham.
Dari dalam negeri, Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,75%.
“Keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi di tahun 2024 dan 2025 yang terkendali dalam sasaran 2,5% ±1%, penguatan dan stabilitas nilai tukar USD/IDR, serta perlunya upaya untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Adapun BI mengatakan faktor pertama yang mendasari keputusan dalam RDG bulan ini adalah semakin jelasnya arah kebijakan penurunan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat.
Kedua, adalah nilai tukar rupiah yang semakin menguat. Ketiga, inflasi dalam negeri yang rendah dan terkendali.
Keempat, Perry menyatakan pihaknya akan memulai mengarahkan kebijakan moneter untuk pertumbuhan ekonomi dari sebelumnya yang diarahkan untuk stabilitas.
Kelima, BI akan mendorong penyaluran kredit pembiayaan ke perbankan secara lebih lanjut sekaligus mendukung fiskal RI karena imbal hasil Surat Berharga Negara diharapkan turun.
“The time is right dan besarannya 25 basis poin,” pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama, BI akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga kebijakan sesuai dengan perkiraan inflasi yang tetap rendah, nilai tukar rupiah yang stabil dan cenderung menguat. Untuk RDG bulan depan, Perry menegaskan Bank Sentral akan menakar lagi dengan data yang baru.
Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, pasar masih mencerna kejutan-kejutan dari bank-bank sentral.
“Agresivitas The Fed ini nampaknya justru memicu kekhawatiran pasar terhadap kondisi dan outlook Ekonomi AS. IHSG diperkirakan bergerak dalam rentang 7.800-7.850 di Kamis (19/9). Potensi Sell-on-News juga berpotensi terjadi terhadap IHSG,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi BSDE, CTRA, BTPS, ASII, dan BNGA.
(fad)