Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Jadi memegang emas tentu lebih menguntungkan saat suku bunga turun.
Saat pengumuman dari The Fed, harga emas sempat menanjak. Berdasarkan catatan Bloomberg, harga sang logam mulia sempat melonjak 1,2% ke US$ 2.600,16/troy ons. Ini adalah rekor harga tertinggi sepanjang masa.
Namun kemudian kenyataan berkata lain. Aksi ambil untung (profit taking) membuat harga emas mengendur dan akhirnya ditutup di jalur merah. Maklum, keuntungan yang bisa diraih memang sudah lumayan tinggi.
“Setelah reli jelang keputusan The Fed, menjadi masuk akal ketika pasar memilih untuk mundur teratur. Namun, outlook secara jangka menengah-panjang masih menjanjikan. Sepanjang inflasi tidak melonjak, suku bunga rendah akan membawa pasar lebih tinggi,” jelas Bret Kenwell dari eToro, sebagaimana dikutip dari Bloomberg News.
(aji)