Indeks dolar AS langsung turun ke 100,25 di momen keputusan The Fed diumumkan. Namun, setelah itu, indeks yang mengukur kekuatan the greenback di hadapan enam mata uang utama itu hanya ditutup melemah 0,3%.
Sedangkan pagi ini ketika pasar Asia sudah dibuka, indeks dolar AS kembali bangkit menguat ke kisaran 101,03.
Sementara rupiah di pasar offshore tadi malam ditutup di level terkuat dalam setahun terakhir. Pagi ini, rupiah NDF-1M bergerak lebih lemah di kisaran Rp15.322-Rp15.337/US$. Level itu masih lebih kuat dibanding posisi penutupan rupiah spot kemarin di Rp15.335/US$.
Pada pembukaan pasar valuta di Asia pagi ini, terlihat sentimen negatif justru terlihat. Beberapa mata uang dibuka melemah seperti won Korea Selatan yang tergerus 0,38%, disusul oleh ringgit yang turun nilainya 0,28%, lalu dolar Singapura dan baht Thailand yang melemah 0,17%. Yuan offshore juga tertekan 0,08% disusul dong Vietnam yang sedikit lemah 0,03%.
Lanskap ini memberikan sinyal bahwa pergerakan rupiah spot pagi ini kemungkinan masih akan cenderung terbatas dengan peluang penguatan lebih besar bila menimbang potensi capital inflows yang lebih besar. Namun, sentimen regional mungkin akan menahan rupiah. Di mana bila tekanan ikut menerpa, rupiah akan melanjutkan pelemahan.
Dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Rabu siang, BI melaporkan bahwa nilai arus modal asing yang masuk ke investasi portofolio selama kuartal III hingga data 13 September telah mencapai US$10,1 miliar, sekitar Rp154,98 triliun.
Arus masuk modal asing diperkirakan akan berlanjut membesar dengan banyak pengelola dana global telah siap menaikkan pembelian, baik di pasar saham maupun surat utang.
"Aset pendapatan tetap [fixed income] di Asia menarik karena tekanan eksternal pada bank sentral mereka telah mereda pasca pivot The Fed, juga didukung penguatan yen," kata Navin Saigal, Head of Asia Macro BlackRock, dilansir dari Bloomberg pagi ini.
Ia mencontohkan Bank Indonesia sebagai bank sentral yang menjalankan independensinya, terbebas dari 'belenggu' kebijakan global, dan mengejutkan pasar yang mayoritas masih memprediksi 'hold' untuk BI rate. BI mendahului The Fed dengan menurunkan bunga acuan 25 bps kemarin menjadi 6%.
Reaksi pasca putusan The Fed
Keputusan The Fed yang diumumkan dini hari tadi telah memicu reaksi volatilitas yang cukup tajam di pasar. Reaksi itu mungkin mencerminkan para pelaku pasar masih membutuhkan waktu lebih banyak untuk mencerna keputusan pivot The Fed yang sebenarnya ditunggu.
Pemangkasan yang lebih dovish, sebesar 50 bps, kini menyisakan kekhawatiran apakah ancaman resesi bagi AS bisa ditaklukkan dan kondisi pasar tenaga kerja di negeri itu bisa dibangkitkan.
Bursa saham AS yang sempat reli hingga 1% akhirnya ditutup melemah. Begitu juga surat utang AS, Treasury, yang stagnan ketika keputusan diumumkan, setelahnya mencatat kenaikan yield. Kemungkinan terpicu aksi profit taking.
Pagi ini di Asia, yield Treasury di semua tenor naik. Data Bloomberg mencatat, tenor 2Y naik 3,5 bps ke 3,64%. Sementara tenor 10Y naik 7,7 bps ke 3,73%.
Adapun reaksi pasar negara berkembang tadi malam, terutama di pasar valuta, juga cenderung fluktuatif. Mata uang di emerging market Amerika Latin, sempat menguat sebelum akhirnya turun dari posisi tertinggi, dini hari tadi.
Pernyataan Gubenur The Fed Jerome Powell yang memberi sinyal bahwa mereka tidak terburu-buru mengurangi kebijakan setelah memangkas suku bunga sebesar setengah poin, menghentikan reli penguatan mata uang.
Indeks MSCI untuk mata uang berkembang ditutup naik 0,05% setelah sebelumnya sempat melesat 0,26% pada hari yang sama.
Langkah ini mengikuti pernyataan Powell yang memperingatkan agar tidak mengasumsikan pergerakan setengah poin tersebut akan menentukan langkah yang akan dilanjutkan oleh pembuat kebijakan. Sementara itu, indeks untuk saham EM ditutup 0,25% lebih rendah, ditarik turun oleh saham di Taiwan.
"Kondisi keuangan yang longgar dengan risk-on biasanya positif untuk EMFX, jadi segera setelahnya hal ini seharusnya menjadi pertanda baik bagi kompleks EMFX," kata Jayati Bharadwaj, seorang ahli strategi di TD Securities.
Analisis teknikal rupiah
Secara teknikal nilai rupiah terhadap dolar AS berpotensi menguat hari ini, target kenaikan menuju area level Rp15.310/US$ yang menjadi resistance terdekat sebelum break resistance selanjutnya dengan target di Rp15.300-Rp15.280/US$.
Apabila kembali break resistance tersebut, nilai rupiah berpotensi menguat makin meyakinkan menuju level Rp15.240/US$ sebagai resistance potensial.
Jika nilai rupiah melemah pada perdagangan hari ini, ada level support menarik dicermati di Rp15.370/US$ dan selanjutnya Rp15.400/US$. Sedangkan level support terkuat ada di Rp15.450/US$.
(rui)