Powell juga berusaha menghilangkan kesan bahwa pemotongan suku bunga yang besar ini dilakukan sebagai upaya untuk mengejar ketertinggalan. The Fed sebelumnya mendapat kritik karena lambat menaikkan suku bunga pada 2022.
"Kami tidak merasa tertinggal," ujar Powell. "Pemotongan ini menunjukkan komitmen kami untuk tetap mengikuti perkembangan ekonomi."
Keputusan ini tidak tanpa perdebatan. Michelle Bowman, salah satu anggota dewan gubernur The Fed, memberikan suara berbeda, mendukung pemotongan suku bunga yang lebih kecil sebesar seperempat poin. Ini adalah pertama kalinya ada perbedaan pendapat di antara gubernur The Fed sejak 2005.
Proyeksi terbaru dari para pejabat menunjukkan bahwa mayoritas tipis mendukung pemotongan tambahan sebesar 50 basis poin (bps) dalam dua pertemuan The Fed yang tersisa tahun ini. Namun, terdapat perbedaan pandangan di antara mereka mengenai seberapa banyak lagi pemotongan diperlukan sebelum inflasi mencapai target 2%. Tujuh dari 19 pejabat hanya mendukung penurunan suku bunga tambahan sebesar 25 basis poin, sementara dua lainnya menolak adanya pemotongan lebih lanjut tahun ini.
Investor memperkirakan pemotongan suku bunga yang lebih agresif, sekitar 70 basis poin, dalam dua pertemuan The Fed mendatang di bulan November dan Desember, mencerminkan perbedaan pandangan dengan pembuat kebijakan.
"Menurut saya, tidak seorang pun seharusnya melihat pemotongan ini dan berkata, 'Oh, ini laju kecepatan yang baru.'" jelas Powell. "Ekonomi bisa berkembang dengan cara yang membuat kita bergerak lebih cepat atau lebih lambat."
Langkah Lebih Besar
Namun, keputusan untuk memulai siklus pelonggaran dengan pemotongan besar menunjukkan bahwa The Fed siap mengambil tindakan yang lebih kuat jika pasar tenaga kerja semakin melemah, menurut Julia Coronado, pendiri MacroPolicy Perspectives.
"The Fed kini memiliki kredibilitas," katanya. "Jika pasar tenaga kerja terus melemah, kita bisa percaya bahwa mereka akan merespons dengan cepat."
Data yang dirilis sejak pertemuan terakhir The Fed pada Juli, termasuk laporan pekerjaan yang lemah, mengonfirmasi bahwa pasar tenaga kerja tidak lagi seketat saat pandemi. Tingkat pengangguran saat ini berada di 4,2%, naik dari 3,4% tahun lalu.
Selama tiga bulan terakhir, perusahaan-perusahaan menambah lapangan kerja pada laju paling lambat sejak pandemi, dan rasio lowongan pekerjaan terhadap pengangguran, yang mencapai dua banding satu pada 2022, kini mendekati satu banding satu.
Sementara itu, inflasi terus menurun sesuai dengan target The Fed. Pada angka 2,5%, inflasi mendekati sasaran 2% yang ditetapkan oleh bank sentral.
Powell mengatakan, jika menerima laporan pekerjaan yang lemah sebelum pertemuan Juli, The Fed mungkin sudah mulai memangkas suku bunga lebih awal.
Namun, data lain menunjukkan kekuatan ekonomi yang berkelanjutan, termasuk rendahnya klaim tunjangan pengangguran dan laporan penjualan ritel terbaru yang menunjukkan konsumen Amerika masih cukup kuat.
Menurut William English, profesor praktik keuangan di Sekolah Manajemen Yale dan mantan direktur di Dewan Gubernur The Fed, pemotongan suku bunga ini mencerminkan upaya The Fed untuk menyeimbangkan risiko pada titik krusial dalam ekonomi.
"Titik balik seperti ini sulit diukur," katanya. "Datanya rumit dan penilaiannya tak selalu jelas."
(bbn)