Logo Bloomberg Technoz

Malaysia adalah produsen CPO kedua terbesar di dunia, hanya kalah dari Indonesia. Saat terjadi risiko gangguan produksi akibat cuaca buruk, maka akan mempengaruhi pembentukan harga.

Dua, harga minyak nabati pesaing pun naik. Kemarin, harga minyak kedelai di bursa Dalian (China) dan Chicago Board of Trade (Amerika Serikat/AS) bertambah masing-masing 1,43% dan 1,18%.

Sedangkan harga minyak biji bunga matahari melesat 2,71%. Kemudian harga minyak rapeseed tumbuh 0,69%.

Saat harga minyak nabati pesaing naik, maka keuntungan menggunakan CPO akan bertambah. Sebab, berbagai komoditas itu memang memang bisa saling menggantikan.

Tiga, ada perkiraan permintaan akan meningkat. Sejumlah perusahaan kargo memperkirakan ekspor produk sawit Malaysia pada 1-15 September naik 9,1-10,2% dibandingkan periode yang sama bulan lalu.

Analisis Teknikal

Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO masih terjerembab di zona bearish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 37,47. RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bearish.

Akan tetapi, indikator Stochastic RSI masih berada di angka 0. Paling rendah, sudah sangat jenuh jual (oversold).

Oleh karena itu, harga CPO masih berpeluang membukukan kenaikan. Target resisten terdekat ada di MYR 3.877/ton. Jika tertembus, maka MYR 3.911/ton berpotensi menjadi target berikutnya.

Sedangkan target support terdekat adalah MYR 3.835.ton. Penembusan di titik ini bisa membuat harga CPO turun lagi menuju MYR 3.823/ton.

(aji)

No more pages