Saat pengumuman dari The Fed, harga emas sempat menanjak. Berdasarkan catatan Bloomberg, harga sang logam mulia sempat melonjak 1,2% ke US$ 2.600,16/troy ons. Ini adalah rekor tertinggi sepanjang masa.
Namun kemudian kenyataan berkata lain. Aksi ambil untung (profit taking) membuat harga emas mengendur dan akhirnya ditutup di jalur merah. Maklum, keuntungan yang bisa diraih memang sudah lumayan tinggi.
“Setelah reli jelang keputusan The Fed, menjadi masuk akal ketika pasar memilih untuk mundur teratur. Namun, outlook secara jangka menengah-panjang masih menjanjikan. Sepanjang inflasi tidak melonjak, suku bunga rendah akan membawa pasar lebih tinggi,” jelas Bret Kenwell dari eToro, sebagaimana dikutip dari Bloomberg News.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas kembali masuk zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 61,59. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Adapun indikator Stochastic RSI berada di 47,32. Menempati area jual (short) tetapi tidak terlalu kuat.
Oleh karena itu, sepertinya tekanan terhadap harga emas sepertinya masih akan terjadi. Target support terdekat ada di US$ 2.569/troy ons, yang menjadi Moving Average (MA) 5. Jika tertembus, maka MA-10 di US$ 2.539/troy ons bisa menjadi target selanjutnya.
Sementara target resisten terdekat adalah US$ 2.572/troy ons, yang juga menjadi pivot point. Penembusan di titik ini akan membuat target resisten US$ 2.584-2.599/troy ons berpotensi terkonfirmasi.
(aji)