Logo Bloomberg Technoz

Sementara angka kematian pada anak-anak menurun, penelitian menunjukkan bahwa kematian akibat bakteri super di kalangan orang di atas usia 70 tahun melonjak hingga 80% dalam periode yang sama. Hal ini disebabkan oleh populasi lansia yang lebih rentan terhadap infeksi dan memiliki sistem kekebalan yang lebih lemah.

Sebagai contoh, infeksi Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), sejenis bakteri staph yang resistan terhadap banyak antibiotik, telah menyebabkan kematian meningkat dua kali lipat menjadi 130.000 pada tahun 2021 dibandingkan tiga dekade sebelumnya. MRSA menjadi salah satu penyebab utama kematian akibat resistensi antibiotik di kalangan lansia.

Proyeksi Kematian Akibat Resistensi Antimikroba

Para peneliti memprediksi bahwa jika tren saat ini terus berlanjut, kematian akibat resistensi antimikroba dapat meningkat hingga 67% pada tahun 2050. Ini berarti hampir dua juta orang akan meninggal setiap tahunnya karena infeksi yang tidak dapat diobati. Secara keseluruhan, resistensi antimikroba akan berkontribusi terhadap 8,2 juta kematian tambahan per tahun, yang merupakan peningkatan hampir 75%.

Dalam skenario terburuk, resistensi antimikroba diperkirakan akan langsung membunuh 39 juta orang dalam 25 tahun ke depan, dan berkontribusi terhadap 169 juta kematian secara keseluruhan. Ini adalah angka yang sangat mengkhawatirkan dan menunjukkan bahwa resistensi antimikroba dapat menjadi krisis kesehatan yang lebih besar jika tidak segera ditangani.

Langkah untuk Mengurangi Dampak AMR

Meskipun prediksi di atas tampak mengerikan, ada harapan jika tindakan cepat diambil. Dengan meningkatkan perawatan untuk infeksi berat dan memperluas akses ke obat-obatan antimikroba, diperkirakan hingga 92 juta nyawa bisa diselamatkan pada tahun 2050. Langkah-langkah seperti penggunaan antibiotik secara bijak, penelitian untuk menemukan obat baru, serta peningkatan fasilitas kesehatan sangat penting untuk melawan resistensi antimikroba.

Seperti yang dikatakan oleh salah satu penulis studi, Mohsen Naghavi, “Resistensi antimikroba telah menjadi ancaman kesehatan global yang signifikan selama beberapa dekade dan ancaman ini terus berkembang.” Dunia perlu berkolaborasi dalam penanganan dan pencegahan resistensi antibiotik agar dampaknya bisa diminimalkan.

Penyebab Utama Peningkatan Resistensi Antimikroba

Resistensi antimikroba merupakan hasil dari penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Ini bisa terjadi ketika antibiotik digunakan secara berlebihan atau tidak sesuai aturan. Tidak hanya pada manusia, penggunaan antibiotik yang sembarangan pada hewan ternak dan pertanian juga turut memperburuk kondisi ini. Bakteri yang resistan dapat menyebar dari hewan ke manusia, sehingga meningkatkan risiko infeksi yang sulit diobati.

Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat tentang bahaya penggunaan antibiotik yang tidak tepat juga menjadi faktor utama dalam penyebaran AMR. Banyak orang yang masih menggunakan antibiotik untuk infeksi virus seperti flu, yang sebenarnya tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik.

Superbugs merupakan ancaman nyata bagi kesehatan global. Resistensi antimikroba telah menyebabkan jutaan kematian dan diperkirakan akan terus meningkat jika tidak segera diatasi. Langkah-langkah untuk mengurangi penggunaan antibiotik secara berlebihan, meningkatkan kesadaran masyarakat, serta memperluas akses ke perawatan yang tepat adalah kunci untuk melawan ancaman ini.

Jika dunia tidak mengambil tindakan sekarang, konsekuensi yang ditimbulkan bisa sangat mengerikan. Namun, dengan kolaborasi global dan upaya yang lebih intensif, resistensi antimikroba dapat dikendalikan, dan jutaan nyawa bisa diselamatkan di masa depan.

(seo/red)

No more pages