Investor dan ekonom terpecah mengenai apakah Fed akan memangkas seperempat poin atau setengah poin karena para pejabat berusaha untuk membawa ekonomi ke soft landing.
"Lebih penting untuk tetap fokus pada jangka panjang, dan khususnya bagi para investor ekuitas untuk memikirkan jangka waktu lima atau 10 tahun," kata Wakil Ketua Capital Group Companies Inc, Jody Jonsson dalam wawancara terpisah di acara tersebut.
Terlepas dari besarnya pemotongan tersebut, Jonsson mengatakan bahwa hal itu tidak akan mengubah "apa pun yang saya lakukan dalam portofolio saya sendiri."
CEO Cain International Jonathan Goldstein mengatakan bahwa kebijakan kembali ke kantor sama pentingnya bagi nasib industri real estat seperti halnya pemangkasan suku bunga The Fed.
Namun, para investor telah menyatakan keprihatinan mereka atas perlambatan ekonomi di China yang memberikan tekanan kepada pihak berwenang di sana untuk merespons dengan stimulus fiskal dan moneter agar negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini dapat mencapai target pertumbuhan sekitar 5%.
China mengalami "efek bekas luka yang lebih buruk dari yang diperkirakan" akibat wabah Covid-19, kata Fang Fenglei, pendiri dan ketua Hopu Investment Management, mengutip jatuhnya pasar saham dan investasi asing langsung.
Meskipun para investor mengharapkan kebijakan stimulus yang lebih kuat untuk mendongkrak pertumbuhan, kepemimpinan China "tidak terlalu peduli dengan kepentingan jangka pendek" karena pemerintahan jangka panjangnya, mentalitas "mengutamakan masyarakat", dan ekonomi politik ala China, kata Fang.
Para pembuat kebijakan China mewaspadai terulangnya yang terjadi sebelumnya ketika stimulus 4 triliun yuan (US$564 miliar) yang dilakukan setelah krisis keuangan melambungkan harga properti dan menyebabkan kelebihan kapasitas, kata Fang.
Produksi industri China menandai perlambatan terpanjang sejak 2021 pada Agustus, dengan konsumsi dan investasi yang melemah lebih dari yang diharapkan, berdasarkan data yang diterbitkan Sabtu.
Sebelum rilis data, People's Bank of China mengisyaratkan bahwa memerangi deflasi akan menjadi prioritas yang lebih tinggi dan mengindikasikan lebih banyak pelonggaran moneter di masa mendatang.
Dalio mengatakan sebagian kecil portofolio kantor keluarganya tetap diinvestasikan di China, tetapi ia menunjukkan bahwa ada "masalah-masalah nyata" di negara ini.
"Ada sebagian kecil portofolio kami yang ada di China dan kami akan tetap di China selama proses ini," ujarnya, seraya menambahkan bahwa negara ini masih merupakan "tempat yang sangat menarik untuk berinvestasi."
Masalah-masalah ekonomi di China merupakan "masalah besar" bagi perusahaan-perusahaan China maupun perusahaan-perusahaan Barat, dan "tidak dapat diselesaikan secara cepat melalui tindakan pemerintah, serta membutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk mengatasinya," imbuh Jonsson dari Capital Group.
(bbn)