Pew menemukan bahwa 39% orang dalam kelompok usia tersebut mengatakan bahwa mereka secara teratur mendapatkan berita dari aplikasi tersebut. Angka ini naik dari 32% pada tahun lalu.
Hampir 50% dari orang dewasa tersebut mengatakan bahwa mereka menggunakan aplikasi ini untuk mengikuti perkembangan politik atau isu-isu politik, demikian temuan Pew dalam survei sebelumnya.
Pertumbuhan ini penting mengingat posisi TikTok di AS, di mana anggota parlemen secara aktif mencoba untuk melarang aplikasi ini karena khawatir perusahaan induknya di China dapat menyalahgunakan data pengguna atau mencoba mempengaruhi opini politik melalui umpan aplikasi.
Beberapa pejabat terpilih khawatir bahwa hubungan TikTok dengan China dapat memengaruhi algoritma aplikasi, yang secara tidak langsung dapat memengaruhi konten yang dilihat pengguna dan membentuk pandangan orang Amerika tentang isu-isu penting.
TikTok telah menggugat pemerintah AS untuk mencoba menghentikan larangan atau persyaratan divestasi. Dalam sidang Pengadilan Banding AS pada hari Senin, pemerintah AS mengulangi argumennya bahwa ancaman aplikasi ini terhadap keamanan nasional lebih besar daripada masalah kebebasan berbicara.
Analis Bloomberg Intelligence, Matthew Schettenhelm, mengatakan bahwa sidang tersebut berjalan “buruk” untuk TikTok, dan memangkas peluang perusahaan untuk menghentikan pelarangan tersebut menjadi 30% dari 70%.
Pemerintah AS telah menetapkan tenggat waktu Januari bagi ByteDance untuk menjual atau melepas kepemilikannya di TikTok.
Survei lain dari Pew Research yang dirilis awal bulan ini menemukan bahwa dukungan Amerika untuk pelarangan TikTok telah menurun selama 18 bulan terakhir.
Hasil yang dirilis pada hari Selasa ini didasarkan pada survei yang dilakukan dari 15 Juli hingga 4 Agustus terhadap lebih dari 10.650 orang dewasa di Amerika Serikat. Survei ini memiliki margin kesalahan plus atau minus 1,2 poin persentase.
(bbn)