Meski tidak dijelaskan secara terperinci berapa jumlah pabrik HPI yang telah terbangun, tetapi dengan berbagai macam program yang dijalankan oleh pelaku industri, niat investasi untuk mendorong perkembangan industri susu ikan di Indonesia mulai naik.
"Sekarang kami bergerak untuk penguatan asupan konsumsi masyarakat. Kami sudah membuat satu tim kerja nasional yaitu tim fortifikasi kerja fortifikan. Itu melibatkan usul internal KKP, serta eksternal dengan para perguruan tinggi, kementerian, lembaga riset, dan pelaku usaha; supaya kita bergeraknya bersama," jelasnya.
Pabrik Percontohan
Hingga saat ini, kata Budi, memang baru ada satu pabrik susu ikan di Indramayu, Jawa Barat dengan kapasitas 30 ton/bulan. Sebagai proyek percontohan, pemerintah juga tengah membangun pabrik susu ikan di Pekalongan, Jawa Tengah.
Budi mencatat, kapasitas pabrik yang dibangun di Pekalongan mencapai 50 ton/bulan. Pabrik tersebut dijadwalkan rampung pada November tahun ini. Dengan demikian, kapasitas produksi susu ikan di kawasan Pantura hingga akhir tahun ini menjadi sekitar 80 ton/bulan.
Budi menargetkan kapasitas produksi susu ikan di dalam negeri dapat mencapai 100 ton/bulan. Pabrik yang dibangun nantinya akan memproduksi HPI.
"Pabrik-pabrik itu akhirnya dapat memanfaatkan seluruh hasil tangkapan nelayan. Pengembangan pabrik dilakukan dengan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah [UMKM] dengan standar yang sama," ujarnya.
Sebelumnya, Budi menjelaskan protein ekstrak itu berasal dari ikan segar murah seperti seperti petek, selar, layur, tamban, dan belok.
Kemudian, ekstrak tersebut naik kelas agar dapat memberikan nilai tambah dibuat HPI merupakan ekstrak protein ikan berbentuk bubuk putih. Adapun, susu ikan merupakan HPI yang telah diseduh dengan air hangat.
Tidak hanya itu, susu ikan bebas laktosa dan alergen sehingga diklaim aman dikonsumsi anak-anak. Karena keunggulan tersebut, susu ikan disebut dapat diserap tubuh lebih banyak dan lebih cepat dari jenis susu lainnya.
(prc/wdh)