“Jadi kalau FED menurunkan suku bunga ya gak baik-baik saja berarti di Amerika Serikat jadi harus ada mitigasi risiko juga apabila harga komoditas dan kinerja ekspor itu melemah karena pasar di negara majunya sedang mengalami perlambatan ekonomi,” ujar Bhima.
Lebih lanjut, Bhima memaparkan sederet dampak positif bagi RI apabila pelonggaran moneter segera terjadi di AS. Pertama, biaya pinjaman bagi pelaku usaha di Indonesia dapat menjadi lebih murah terutama pinjaman dalam bentuk valas.
“Dan ini memang saat ini dibutuhkan ya bunga pinjaman yang lebih rendah untuk mendorong pelaku usaha melakukan ekspansi pada tahun depan,” ucapnya.
Kedua, pemangkasan suku bunga The Fed juga dapat meningkatkan investasi masuk ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Terkait hal ini, Bhima menegaskan Indonesia tetap perlu bersaing dengan negara-negara lain untuk mendapatkan banyak investasi asing.
Ketiga, kebijakan moneter Bank Sentral AS tersebut juga bisa membuat suku bunga Surat Utang Negara (SUN) Indonesia menjadi lebih menurun.
Dengan demikian, beban utang pemerintah dapat berkurang dan pada akhirnya membuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) memiliki ruang fiskal yang lebih besar.
“Nah jadi Bank Indonesia diharapkan segera mengikuti bahkan dengan pemangkasan hingga 50 bps, ketika The Fed melakukan pemangkasan 25 bps,” tutupnya.
(azr/lav)